Kamis 10 Mar 2022 02:02 WIB

Yunani Dilaporkan Terapkan Kebijakan Diskriminatif Terhadap Muslim

Yunani dilaporkan menerapkan kebijakan diskriminatif terhadap Muslim.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Umat Muslim melakukan shalat Tarawih, dengan menjaga jarak sosial di masjid Pusat Budaya Pendidikan Yunani-Arab di Athena, ketika masjid-masjid dibuka kembali di Yunani setelah ditutup dua bulan sebagai tindakan pencegahan terhadap pandemi virus korona (Covid-19) pada 19 Mei 2020.
Foto: Anadolu/Ayhan Mehmet
Umat Muslim melakukan shalat Tarawih, dengan menjaga jarak sosial di masjid Pusat Budaya Pendidikan Yunani-Arab di Athena, ketika masjid-masjid dibuka kembali di Yunani setelah ditutup dua bulan sebagai tindakan pencegahan terhadap pandemi virus korona (Covid-19) pada 19 Mei 2020.

IHRAM.CO.ID,  ANKARA --  Sebuah partai politik Eropa, European Free Alliance (EFA) mengirimkan adanya kebijakan diskriminatif yang dilakukan Yunani terhadap umat Islam. Surat tersebut dikirimkan kepada Komisi Eropa, Rabu (9/3) waktu setempat.

Presiden EFA Lorena Lopez de Lacalle menekankan langkah-langkah yang akan mereka ambil untuk memastikan bahwa minoritas Muslim Turki di Yunani dapat menggunakan hak mereka atas pendidikan tanpa mengorbankan kewajiban agama mereka.

Baca Juga

Surat yang dikirim ke Komisaris Eropa untuk Kesetaraan Helena Dalli, itu mengungkapkan keprihatinan partai tentang dekrit baru-baru ini yang melarang siswa sekolah dasar minoritas mengikuti sholat Jumat.

"Mencegah anak-anak sekolah menghadiri sholat Jumat merupakan diskriminasi terhadap komunitas Muslim dan (ada) kekhawatiran bahwa tujuan dari keputusan semacam itu adalah asimilasi,'" demikian pernyataan tersebut seperti dilansir Anadolu Agency, Rabu (9/3/2022).

 

EFA mempertanyakan terkait apakah komisi akan membuka penyelidikan untuk menetapkan tindakan otoritas Yunani dalam kasus ini merupakan pelanggaran kewajiban mereka di bawah hukum Eropa. Pernyataan ini menarik perhatian pada situasi sekolah minoritas Turki saat ini.

Hal itu juga menekankan bahwa jumlah sekolah yang menawarkan kurikulum dalam bahasa Turki dan Yunani telah menurun dari 230 menjadi 103 dalam dua dekade terakhir. "Secara keseluruhan, langkah-langkah ini menunjukkan kampanye yang disengaja untuk melemahkan hak-hak masyarakat baik untuk menjalankan agama mereka secara bebas dan untuk menerima pendidikan dalam bahasa ibu mereka," tambah pernyataan itu.

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement