Senin 21 Mar 2022 14:00 WIB

Abdulmecid II, Sultan Utsmaniyah Terakhir (III-Habis)

Di pengasingan, Abdulmecid terus menjalin kontak dengan Dunia Islam

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Lukisan Ottoman
Foto: Dok Istimewa
Lukisan Ottoman

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Abdulmecid dan keluarganya pertama kali pindah ke Territet, sebuah kota kecil di Swiss, dan kemudian ke kota Nice di Prancis, di mana dia tinggal sampai tahun 1939 sebelum pindah ke Paris.

Terlepas dari pendidikan di Istanbul, tren Eropa telah membentuk perkembangan artistik dan intelektual sang pangeran.

Baca Juga

Nazan Olcer, kurator pameran Sakip Sabanci, mengatakan bahwa sang pangeran menggabungkan Barat dan Timur, menghabiskan hidupnya sesuai dengan zeitgeist, menganut tradisi dan agama tetapi pada saat yang sama tetap terbuka ke Barat.

Sementara Abdulmecid tidak biasa dalam menikmati karir produktif sebagai seniman dan sebagai negarawan, perjalanannya mencerminkan kisah modernisasi dan westernisasi di negaranya sendiri.

Itu adalah transformasi yang pada akhirnya akan berakibat fatal bagi Kekaisaran Ottoman, karena perubahan tersebut memicu perdebatan tanpa akhir di Turki tentang apakah para elit telah menjadi terasing dari budaya mereka sendiri, sebuah pertanyaan yang bertahan hingga hari ini.

Namun demikian, sang pangeran adalah seorang intelektual bersayap dua. Olcer menjelaskan bahwa dia adalah seorang pelukis dan hattat (kaligrafer Islam."

“Dia setia pada agama dan tradisinya, tetapi juga seorang pemain musik barat, pendukung teater.”

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement