IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Kepala Lakespra dr. Saryanto Marsekal Pertama (Marsma) TNI dr. Swasono memastikan narsumber yang memberikan materi pelatihan kepada petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) merupakan tenaga ahli dibidangnya. Pada pelatihan ini semua materi disusun oleh tim dokter Lakespra dr. Saryanto.
"Adapun materi pembekalan bagi peserta disiapkan dengan seksama oleh tim dokter kesehatan penerbangan, perawat udara dan tenaga kesehatan lainnya yang memiliki kualifikasi khusus," kata Marsekal Pertama TNI dr. Swasono saat menjadi inspektur pada upacara pembukaan pembekalan petugas penyelenggara ibadah haji, di Lakespra dr Saryanto, Selasa (10/5/2022).
Swasono mengatakan, pelatihan Jiwa Korsa dan rencana operasi penyelenggaraan haji ini dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan angka kematia pada jamaah haji tahun 2022. Pusat Kesehatan Haji memiliki target menurunka angka kematin sebanyak satu permil.
"Targetnya turun dibandingkan dengan tahun 2019 agar bisa tercapai," katanya.
Saswono mengatakan selain teori, peserta juga akan belajar praktik menggunakan hipobaric chamber dan helicopter underwater escape training. Hipobaric chamber atau secara sederhana alat untuk merasakan hipoksia dan helicopter underwater escape training ini dicoba untuk mengetahui bagaimana cara menyelamatkan diri ketika heli jatuh ke dalam air.
"Ini akan memberikan pengalaman baru bagi peserta," katanya.
Untuk itu, para peserta wajib memanfaatkan waktu pelatihan yang singkat ini untuk belajar dengan maksimal. Sehingga para peserta memiliki bekal yang cukup untuk melakukan tugas sebagai petugas kesehatan di Arab Saudi.
Saswono mengatakan, pelatihan ini diselenggarakan Lakespra dr Haryanto yang bekerja sama dengan Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI. Di mana dua lembaga ini berupaya untuk menyiapkan penyelenggaraan kesehatan haji sebaik baiknya.
"Antara lain dengan menyiapkan PPIH sebelum melakukan tugas dengan melatih mental dan kesiapan dalam menghadapi kejadian yang tidak di inginkan," katanya.
Saswono berharap, dari pelatihan ini para peserta latih memiliki sikap tangguh, tanggap sebagai pelayan jamaah haji yang diajarkan siaga dan senantiasa memberikan pengabdian tanpa batas. Untuk mendapatkan hal itu kata dia perlu skill, knowled dan attitude.
"Jadi tidak hanya terpatut pada ilmu klinis kedokteran, keperawatan dan pendukung medis," katanya.
Akan tetapi perlu sikap dan tindakan yang terkoordinasi, satu komando untuk mengantisipasi kelalaian ataupun keterlambatan dalam pemberian tindakan. Dan pada akhirnya akan berakibat fatal terhadap jamaah dan akan berdampak buruk pada pelayanan kesehatan jamaah.
"Jadi hal ini yang sangat penting untuk diperhatikan," katanya.