REPUBLIKA.CO.ID., KARACHI -- Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan pada Ahad (22/5/2022) mengumumkan aksi massa partainya ke Islamabad mulai 25 Mei untuk meminta kepastian waktu pemilihan umum baru.
Berbicara dalam konferensi pers di kota barat laut Peshawar, Khan mengatakan para pendukungnya akan tetap berada di ibu kota sampai pemilihan baru diadakan.
"Saya meminta orang-orang dari semua lapisan masyarakat ... pekerja partai, petani, buruh dan mantan prajurit ... untuk menemui saya di Jalan Raya Srinagar (Islamabad) pada 25 Mei pukul 3 sore (waktu setempat)," katanya.
Khan, yang mulai berkuasa pada Agustus 2018, digulingkan pada April melalui mosi tidak percaya di parlemen oleh gabungan oposisi.
Mengulangi tuduhannya bahwa dia disingkirkan melalui plot yang didukung AS, Khan mendesak tentara, polisi, dan birokrasi di negara itu untuk tetap "netral" dan tidak mendukung langkah pemerintah memblokir protes yang direncanakan.
"Kami akan tetap damai. Kami hanya ingin (a) tanggal pembubaran parlemen, dan pemilihan baru. Kami tidak akan mundur dari tuntutan ini," lanjutnya.
Khan juga telah melakukan aksi duduk selama 126 hari di Islamabad pada 2014 untuk meminta pengunduran diri Perdana Menteri Nawaz Sharif atas dugaan kecurangan dalam pemilihan 2013.
Namun saat itu tuntutannya tidak dipenuhi, dan protes dibubarkan pada Desember 2014 setelah serangan teroris di sebuah sekolah yang dikelola tentara di Peshawar, di mana lebih dari 140 siswa, kebanyakan anak-anak, tewas.
Perkembangan itu terjadi saat Pakistan terus terjerumus ke dalam krisis ekonomi akibat defisit transaksi berjalan yang melebar dan menipisnya cadangan devisa.
Pakistan sangat membutuhkan dukungan keuangan eksternal dan pembicaraan antara pemerintah dan Dana Moneter Internasional (IMF) sedang berlangsung di Doha.