IHRAM.CO.ID,RIYADH -- Arab Saudi meningkatkan upayanya untuk menjadi garda depan dari janji PBB guna mengembangkan model pariwisata berkelanjutan.
Berbicara di Majelis Umum PBB pada 6 Mei, Menteri Pariwisata Arab Saudi Ahmed Al-Khateeb mengatakan, pelajaran tentang kerentanan pariwisata terhadap peristiwa yang tiba-tiba, dan tak terduga harus diambil dari pandemi.
“Covid-19 menyoroti kerentanan sektor ini, tidak hanya terhadap pandemi tetapi juga terhadap efek cuaca ekstrem, sehingga mengatasi perubahan iklim harus menjadi inti dari membangun pariwisata yang lebih tangguh, dan tidak ada ketahanan tanpa keberlanjutan,” kata dia dilansir dari laman Arab News pada Rabu (25/5/2022).
"Kita harus bekerja secara kolaboratif, menempatkan pariwisata yang berkelanjutan dan tangguh di jantung pemulihan inklusif. Hanya dengan melakukan hal-hal ini bersama-sama, kami akan memastikan masa depan yang lebih baik dan lebih tangguh bagi jutaan orang di seluruh dunia yang bergantung pada pariwisata,” lanjutnya.
Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) menyambut baik upaya Saudi, mencatat bahwa Visi Kerajaan 2030 telah memberikan cetak biru untuk strategi ekonomi yang transformatif dan ambisius. “Rencana ambisius ini bertujuan untuk membentuk kembali lanskap sosial dan budaya, mempercepat pertumbuhan melalui investasi strategis, industri baru dan kepemimpinan," kata juru bicara UNWTO.
“Ini adalah kesempatan untuk membawa warisan, budaya, dan keramahan Arab Saudi ke dunia, dan mewujudkan tujuan iklim dan keberlanjutan. Dikelola dengan baik, pariwisata dapat memainkan peran kunci dalam mencapai visi ini," lanjut dia.
Di samping itu, para ilmuwan mengatakan, emisi CO2 dari pariwisata akan meningkat 25 persen pada 2030 dibandingkan dengan tingkat 2016. Hal ini jika dibiarkan tidak ditangani dapat menjadi peluru bagi sektor ini karena pengunjung mulai mempertimbangkan dampak, dan moralitas, dari perubahan iklim pada pilihan tujuan mereka.
Dalam menandakan niat Kerajaan untuk keberlanjutan, Al-Khateeb dan rekannya dari Jamaika, Edmund Bartlett, awal bulan ini menandatangani nota kesepahaman. Hal ini dilakukan untuk berkolaborasi dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan dan tangguh antara kedua negara.
Bagian dari kesepakatan itu juga mencakup tekad untuk tidak hanya merangkul Agenda PBB 2030 Pembangunan Berkelanjutan. Akan tetapi juga untuk menyusun cetak biru yang dapat diluncurkan secara global untuk model pariwisata yang berkelanjutan.
“Perencanaan pariwisata nasional adalah praktik yang mapan di antara otoritas nasional dengan kebijakan pariwisata nasional yang mencakup rata-rata jangka waktu 10 tahun dan menangani area tematik yang sama di seluruh wilayah,” kata juru bicara itu.
“Aspek-aspek seperti pengembangan sumber daya manusia, investasi, pemasaran dan promosi, lapangan kerja, pengembangan produk dan diversifikasi telah diperhitungkan dalam kebijakan karena ini adalah aspek yang relevan untuk pembangunan ekonomi pariwisata yang berkelanjutan,” lanjutnya.
Sementara, profesor asosiasi dan direktur program pascasarjana Manajemen Perhotelan dan Pariwisata Marriott, Jonathon Day, memuji ambisi dan komitmen Kerajaan. Dia percaya bahwa itu bisa menjadi pemimpin dalam pembangunan berkelanjutan.
“Pariwisata yang dikembangkan secara berkelanjutan memiliki potensi untuk berkontribusi secara substansial terhadap tantangan keberlanjutan yang dihadapi oleh Arab Saudi dan dunia, dan saya yakin melalui pariwisata Arab Saudi dapat bergabung dengan destinasi yang memimpin dalam pembangunan berkelanjutan,” kata Day.