REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dakwah sejatinya adalah aktivitas mengajak manusia untuk meyakini dan mengamalkan akidah, syariah, dan akhlak Islamiyah yang terlebih dulu telah dijalankan oleh pendakwah itu sendiri. Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD-PBNU) KH Abdullah Syamsul Arifin mengatakan, kegiatan dakwah berupa menyeru berbuat makruf dan melarang kemungkaran (al amru bil ma'ruf wa nahyu anil munkar). Hukum berdakwah adalah fardhu kifayah. Karena itu, orang yang berdakwah mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT.
Menurut Kiai Syamsul, dakwah tidak sebatas aktivitas ceramah di atas mimbar.Melainkan bisa dilakukan dengan berbagai aktivitas kegiatan yang mengajak umat kepada kebaikan dan kemaslahatan, mengajak untuk adil dan memperbaiki tatanan kehidupan. Selain itu, dakwah juga bisa dilakukan dengan membawa kesejahteraan umat dan berbagai kegiatan lainnya yang bertujuan agar umat mencapai keseimbangan dunia dan akhirat.
Dakwah merupakan aktivitas yang terdapat permulaan, tujuan jelas yang di rancang, perencanaan dan juga ada target akhir yang dicapai. Karena itu, dalam dakwah harus ada langkah-langkah yang dilakukan dengan penuh kesabaran, kelembutan, dan keteguhan hati sampai tujuan utama dakwah tercapai. Lebih lanjut Kiai Syamsul mengatakan bahwa setiap Muslim memiliki tanggung jawab dakwah. Kendati demikian, sebelum berdakwah, seseorang harus telah mengamalkan terlebih dulu pesan-pesan dakwah yang akan disampaikannya.
"Jadi, dakwah itu tidak hanya dilakukan oleh para kiai, tidak hanya dilakukan oleh para ulama. Semua manusia ini punya tanggung jawab dakwah ilallah. Artinya masing-masing memiliki tanggung jawab untuk mengajak orang lain ke jalan Allah SWT," kata Kiai Syamsul dalam program LD-PBNU dengan tema Jagat Dakwah Nahdlatul Ulama yang dilakukan daring dan juga disiarkan melalui TV Nahdlatul Ulama beberapa hari lalu.
Akan tetapi, menurut kiai Syamsul, setiap orang yang hendak berdakwah juga harus menyesuaikan kadar kemampuan yang dimiliki masing-masing. Karena itu, tidak boleh seseorang menjelaskan tentang hujjah Islam tetapi tidak memiliki kapasitas yang memadai untuk menje laskan.
Karena itu, di antara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang dai yang hendak berdakwah di atas mimbar adalah memiliki kapasitas keilmuan untuk menjelaskan hujjah atau argumentasi tentang suatu masalah dalam ajaran Islam; memiliki keikhlasan di dalam melaksanakan aktivitas dakwah, memiliki kejelasan tujuan dakwah yang akan dilaksanakan.
Selain itu, dai juga memiliki kesadaran dan pemahaman yang jelas tentang teks- teks keagamaan dengan realitas sosial sehingga mampu menerjemahkan teks- teks keagamaan sesuai kebutuhan ma syarakat dan tidak keluar dari kearifan lokal, tetapi tetap berprinsip teguh terhadap manhaj yang telah diajarkan para ulama terdahulu. Selain itu, dai juga harus tetap ber pegang pada etika yang dijunjung tinggi di tengah masyarakat. Hal itulah yang menurut kiai Syamsul harus dipegang dan dijadikan pondasi oleh para dai dalam berdakwah termasuk dalam mengenalkan Nahdlatul Ulama.
Selain itu, Kiai Syamsul mengatakan bahwa prinsip dakwah harus dipertegas dengan mengetahui keberadaan dan kondisi objek sasaran dakwah sehingga seorang dai yang telah mengetahui kondisi objek dakwahnya dapat merumuskan metode yang tepat yang digunakan dalam berdakwah. Menurut dia, pemilihan metode yang tepat itu sangat menentukan terhadap keberhasilan.
Kiai Syamsul mengatakan, di antara objek sasaran dakwah adalah kalangan intelektual. Maka dalam melakukan dakwah terhadap kalangan intelektual adalah dengan bil hikmah, yakni dengan argumentasi atau logika-logika yang dapat diterima sesuai tingkat pemahaman keagamaannya.
Maka dari itu, menurut dia, dai yang hendak menyampaikan dakwah kepada kalangan intelektual harus memiliki kapasitas keilmuan yang lebih agar dapat mudah menyampaikan argumentasi dakwah dan diterima oleh objek dakwah. Sedangkan, bila objek dakwah masyarakat awam, menurut dia metode yang digunakan adalah dengan mauidzah hasanah atau melalui nasihat- nasihat yang baik.
"Kalau kepada masyarakat awam, cukup dengan mauidzah hasanah, diajak dengan menggunakan bahasa-bahasa yang santun, bahasa-bahasa yang lembut, yang menarik. Kemudian medianya sesuai kan dengan yang mereka butuhkan," katanya.