IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) mengingatkan jamaah haji menjaga stamina dan kesehatan jelang puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Hal ini penting, agar rukun dan wajib haji tetap dilakukan di tengah berkumpulnya jamaah haji dari seluruh dunia.
"Beberapa hari ini sebelum pelaksanaan Armuzna, jamaah haji kita minta meminimalisir aktivitas-aktivitas yang lain, misalnya umroh. Artinya, bagaimana agar jamaah menghemat tenaga dan energi sehingga pada puncak haji nanti, pada saat wukuf, dalam kondisi sehat," ujar Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Arsyad Hidayat, dalam keterangan yang didapat Republika, Selasa (28/6).
Jamaah haji yang terlalu bersemangat dikhawatirkan pada hari puncak malah tidak bisa melakukan wukuf. Bahkan, untuk menghindari kelelahan disarankan shalat fardhu dilakukan di masjid-masjid sekitar pemondokan atau mushalla di hotel jamaah.
Meski demikian, ia menyebut jamaah tetap bisa melakukan shalat di Masjidil Haram namun harus menjaga dan memperhatikan kondisinya sendiri.
Arsyad menyebut ibadah haji berarti saat berada di Arafah. Ia pun mengimbau agar jangan sampai mendahulukan sunnah dibanding yang wajib.
"Ibadah haji itu ya Arafah. Jangan nanti sunnahnya didahulukan, yang menjadi wajib karena kondisinya lemah tidak bisa melakukan wajib dan rukun haji. Ini kan rugi sekali," lanjut dia.
Jamaah haji yang tiba di Madinah pada 27 Juni 2022 disebut sudah bergerak ke Makkah. Kini, mereka tinggal menunggu rombongan jamaah terakhir dari Indonesia yang diterbangkan melalui bandara Jeddah dan langsung menuju Makkah.
Artinya konsentrasi massa saat ini akan terpusat di Kota Makkah, sehingga potensi permasalahan yang muncul seperti orang kesasar, jauh lebih besar.
Karena itu, pihaknya pun melakukan penguatan di sektor khusus, dengan penambahan personil yaitu 40 petugas setiap shift-nya. Langkah ini diambil dengan harapan agar lebih maksimal dalam memberikan pelayanan di sekitar Masjidil Haram sebagai tempat pusat ibadah.
Selain potensi jamaah yang kesasar, pihaknya disebut khawatir dengan kondisi yang padat dan lalu lintas yang macet. Kondisi ini membuat jamaah yang perlu menggunakan shuttle bus akan membutuhkan waktu yang lebih panjang.
Mengingat konsentrasi jamaah saat ini sudah terpusat di Makkah, artinya bukan hanya Indonesia tapi juga negara lain, khususnya untuk rute internasional yaitu Mahbas Jin-Bab Ali, bus-bus tidak hanya ditumpangi jamaah dari negara Indonesia. Sehingga, potensi desak-desakan dan kepadatan akan semakin tinggi.
"Maka, kita juga sudah berkoordinasi akan melakukan penambahan jumlah petugas khususnya petugas transportasi disekitar Mahbas Jin-Bab Ali, untuk membantu jamaah kita agar terlindungi. Karena kalau sudah berdesak-desakan dengan jamaah dari negara lain, jamaah kita akan kalah. Ini butuh perhatian dan perlindungan dari petugas transportasi," ucapnya