Senin 11 Jul 2022 20:40 WIB

Sunyi Bising Sirine dan Teriakan "Thariq ya Hajj" di Musim Haji 2022

Tak banyak suara sirine sepanjang pelaksanaan musim haji 2022

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi puncak haji di kawasan jumrah Mina. Tak banyak suara sirine sepanjang pelaksanaan musim haji 2022
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Ilustrasi puncak haji di kawasan jumrah Mina. Tak banyak suara sirine sepanjang pelaksanaan musim haji 2022

IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Pelaksanaan musim haji 2022 jelas berbeda dari musim haji sebelumnya. Selain dari segi jumlah jamaah yang berkurang lebih dari setengahnya, ibadah kali ini juga dipenuhi dengan teknologi tinggi. 

Dalam keterangan yang didapat dari Kementerian Agama (Kemenag), Senin (10/7/2022), disebutkan pula ada banyak hal yang serasa hilang di hari Aqabah 1443 H. Hari Aqabah adalah hari di mana jamaah melaksanakan salah satu wajib haji, melontar jumrah Aqabah. 

Baca Juga

Salah satu yang hilang adalah kebisingan sirine mobil polisi. Sirine ini lazim terdengar menderu-deru mengatur jamaah untuk tidak menutup jalanan, saat menginap (mabit) di area jamarat. 

Kondisi ini terjadi mengingat jumlah jamaah yang sangat berkurang, hanya 1 juta. Hal itu masih ditambah dengan aturan ketat yang sangat membatasi jamaah di luar kuota. 

Di, areal jamarat tampak lengang, tidak seperti biasanya. Hanya sedikit jamaah yang terlihat menginap di kawasan tempat jamaah "melempar setan" ini. 

Bisa jadi, dengan kuota hanya 1 juta dan pengetatan aturan, seluruh jamaah sudah memiliki tendanya masing-masing. Tidak digunakannya Mina Jadid juga menjadi faktor lain yang membuat jamaah memilih bertahan untuk bermalam di Mina. 

Mereka yakin kawasannya adalah daerah Mina, bukan musdalifah di siang hari, lalu menjadi Mina Jadid di malam hari.  

Seiring tidak adanya bising sirine, terasa hilang juga teriakan yang akrab di telinga jamaah. Apa itu? "Thariq Ya Haj, Thariq Ya Haj" (awas jalan, haji. Awas jalan haji.) 

Operasional musim haji 2022 disebut telah memasuki fase mabit di Mina. Jamaah haji dari berbagai negara, termasuk Indonesia, berada di Mina hingga 12 Dzulhijah untuk nafar awal dan 13 Dzulhijah untuk nafar tsani. 

Selama di Mina, selain menginap, jamaah juga melaksanakan lontar jumrah, ula, wustha, dan aqabah. 

Dirjen PHU Hilman Latief menyebut kegiatan selama di Mina termasuk fase padat dalam proses penyelenggaraan ibadah haji. 

"Saya minta seluruh petugas untuk siaga di pos masing-masing demi melayani jamaah. Fase ini akan berlangsung hingga 13 Dzulhijah sehingga petugas harus tetap konsentrasi dan siaga membantu jamaah," ucap dia. 

Kesiagaan petugas disebut sangat penting. Sebab, tidak jarang jamaah pada fase ini kelelahan saat perjalanan ke jamarat. Selain itu, ada saja jemaah yang membutuhkan bimbingan saat lontar jumrah. 

Dengan demikian, dia menyebut kesiagaan petugas dalam mengawal jamaah yang sakit dan kelelahan di jalan perlu diperkuat. 

"Kursi roda juga harus disiagakan di pertengahan jalur jalan kaki, jalur ke arah jamarat, khususnya sebelum dan sesudah terowongan," lanjut dia. 

Hilman menambahkan, proses penempatan petugas di pos-pos strategis akan dilakukan secara terpola dengan rasio yang proporsional. Dengan begitu, penempatan petugas lebih merata.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement