Jumat 22 Jul 2022 14:15 WIB

Kebijakan Kemenag dan Satgas Covid Membuat Bingung Jamaah Haji

Informasi terkait antigen dan PCR bagi jamaah haji berbeda-beda.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Subarkah
Tenaga kesehatan melakukan tes usap antigen kepada Jamaah haji kloter satu Debarkasi Solo saat tiba di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (16/7/2022) dini hari. Sebanyak 360 jamaah haji yang terdiri dari 358 jamaah haji kloter satu dan mutasi dua jamaah haji kloter dua selamat kembali ke tanah air. Asrama Haji Donohudan melakukan pemantauan suhu tubuh dan tes acak antigen untuk jamaah haji saat datang untuk mengantisipasi penularan Covid-19.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Tenaga kesehatan melakukan tes usap antigen kepada Jamaah haji kloter satu Debarkasi Solo saat tiba di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (16/7/2022) dini hari. Sebanyak 360 jamaah haji yang terdiri dari 358 jamaah haji kloter satu dan mutasi dua jamaah haji kloter dua selamat kembali ke tanah air. Asrama Haji Donohudan melakukan pemantauan suhu tubuh dan tes acak antigen untuk jamaah haji saat datang untuk mengantisipasi penularan Covid-19.

IHRAM.CO.ID,MAKKAH --Afiliasi Penyelenggara Umroh Haji Indonesia (Ampuh) menyesalkan kebijakan Kementerian Agama dan Satgas Covid-19 tidak sama. Hal ini membuat jamaah haji yang pulang dari Indonesia bingung kebijakan mana yang harus ditaati.

"Informasi terkait antigen ataupun PCR bagi jamaah haji Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama dan Satgas Covid berbeda-beda," kata Sekjen Ampuh Tri Winarto seperti dilaporkan Republika, Jumat (22/7).

 

Tri mengatakan, fakta di lapangan, Kementerian Agama tidak mewajibkan kepada jamaah haji untuk melaksanakan antigen ataupun PCR. Sementara itu, Satgas Covid-19 mewajibkan seluruh jamaah haji untuk melaksanakan antigen ataupun covid sesampai di Jakarta.

 

"Ini tentu membuat gelisah dan resah dan menjadi tekanan tersendiri bagi jamaah Indonesia yang akan pulang ke Tanah Air," ujarnya. 

 

Pemilik FPT Firdaus Mulia Abadi ini mengatakan, semua mengatahui dan paham betul kegiatan haji yang dilakukan dengan waktu sangat lama ini dapat menguras energi para jamaah haji. Ditambah lagi padatnya program dan aktivitas setelah Armuzna membuat jamaah kelelahan. 

 

"Sambil menunggu saat kepulangan tentu aktivitas jamaah masih sangat luar biasa padat, sehingga akibat kelelahan dan kecapean itu banyak sekali jamaah yang sakit seperti batuk, pilek, sariawan dan lain sebagainya," katanya. 

 

Tri mengatakan, semua jamaah haji pasti akan mengalami serangan berbagai penyakit. Mulai dari penyakit ringan sampai penyakit berat yang membuat jamaah kondisi kesehatannya menurun drastis.

 

"Bukan menjadi rahasia umum lagi mungkin ada anekdot yang mengatakan hanya unta dan tiang listrik saja yang ada di Saudi yang tidak merasakan hal tersebut," katanya.

 

Tri berharap, Kementerian Agama yang memiliki kebijakan penuh dalam penyelenggaraan ibadah haji dapat memberikan informasi informasi yang akurat. Sehingga tidak menimbulkan keresahan pada jamaah haji setibanya di Tanah Air.

 

"Mudah-mudahan Kementerian Agama dalam hal ini bisa memberikan informasi yang akurat dan melindungi jamaah haji Indonesia untuk memberikan yang terbaik bagi jamaah haji Indonesia," katanya

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement