IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Jeddah memiliki lima sumber air untuk memenuhi kebutuhan hidup warganya dan jamaah haji yang datang dari setiap penjuru dunia. Kondisi Jeddah ini dikisahkan dokter Haji Hindia Belanda dr. M.H Abdoel Patah, Ph.D yang bertugas sejak 1926-1933.
"Sumber air ada lima di Jeddah itu, dari kondensor, sumur, air hujan dan kemudian sumur di rumah-rumah," kata Nani Amalia dalam diskusi Buku dengan judul Segi Kesehatan Perjalanan Ziarah Ke Makkah.
Nani merupakan orang yang menulis ulang buku ini dari disertasinya dr Abdoel Patah yang berjudul “The Medische zijde Van The Bedevaart Naar Mekkah”.
Nani menceritakan, dalam disertasinya dr Abdoel Patah, pada saat itu, negara-negara pengirim jamaah haji mendirikan tempat fasilitas kesehatan di Jeddah. Tercatat pada saat itu di Jeddah ada empat fasilitas perawatan kesehatan jamaah haji.
"Ada dari dinas kesehatan Arab, Dinas Kesehatan Ingris, Dinas Kesehatan Rusia dan Dinas Kesehatan Belanda," katanya.
Dinas kesehatan Arab ini memiliki dua dokter syaria. Satu dokter pelabuhan, satu dokter kota yang menjabat sebagai kepala RS Hijaaz Nedjad. Dokter RS kota dibantu satu orang apoteker dan beberapa pembantu Arab, terdiri dari poliklinik merangkap ruang balut, kamar tunggu dokter, apotek, dan dua ruang rawat.
Dinas Kesehatan Inggris dilayani dokter British India yang melayani poliklinik termasuk untuk orang Arab yang tidak mampu. Kondisi bangunan lebih bersih dari RS Kota. Berapa jumlahnya tidak diterangkan dalam disertasi ini.
Dinas Kesehatan Rusia dilayani dokter Rusia yang melayani penduduk Arab. Ruang yang ada kamar belut dan ruang operasi yang bersih. Untuk Dinas Kesehatan Belanda, mempunyai fasilitas dua ruangan poliklinik ruangan periksa, kamar dokter dan apotek yang bersih juga rapi, persediaan obat yang cukup.
Selain memiliki fasilitas kesehatan, Jeddah juga memiliki tempat karantina. Tempat karantina ini lokasinya jau dari pemukiman pendudun Arab Saudi.
"Jadi ditempatkan di beberapa pulau, ada pulau Abu Saad, pulau Wasda, pulau Ali, dan pulau kamaran," katanya.
Pulau kamaran digunakan untuk mengawasi jamaah dari selatan termasuk dari Hindia Belanda. Dan setiap jamaah yang masuk wilayah ini harus bayar.