IHRAM.CO.ID, Dalam Surah Asy-Syuara ayat 23 dan 24 dijelaskan pertanyaan Firaun dan jawaban Nabi Musa tersebut.
قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ
قَالَ رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَاۗ اِنْ كُنْتُمْ مُّوْقِنِيْنَ
Firaun berkata, "Siapa Tuhan semesta alam itu?" Dia (Musa) menjawab, "Tuhan (pencipta dan pemelihara) langit, bumi, dan segala yang ada di antaranya jika kamu orang-orang yang yakin." (QS Asy-Syuara: 23-24)
Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama, pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa setelah Fir‘aun mendengar kata-kata Musa dan melihat sikapnya yang meyakinkan serta kesungguhannya menyampaikan dakwah terutama yang berhubungan dengan ketauhidan, yaitu supaya Fir‘aun dan kaumnya menyembah Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan mereka, maka Fir‘aun bangkit menentang.
Firaun bertanya dengan nada marah, “Wahai Musa, engkau mengaku sebagai Rasul Tuhan semesta alam. Apakah Tuhan semesta alam itu?"
Fir‘aun sangat heran dan merasa tersinggung atas pengakuan Musa tentang kekuasaan dan keesaan Allah, karena Firaun telah memproklamirkan kepada kaumnya bahwa dia satu-satunya tuhan, tiada tuhan selain dia, sebagaimana yang dijelaskan Allah di dalam firman-Nya.
Dan Fir‘aun berkata, "Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku." (Al-Qasas: 38)
Jawaban Nabi Musa
Pada ayat ini, Allah menerangkan jawaban Nabi Musa atas pertanyaan Fir‘aun tentang Tuhan yang diakui Musa itu sebagai Tuhan yang mengutusnya. Untuk memudahkan pengertian Fir‘aun tentang yang ditanyakan itu, maka Musa menjelaskan sebagian sifat-sifat yang menunjukkan kekuasaan Tuhan seru sekalian alam, sesuai dengan maksud pertanyaan Fir‘aun.
Musa mengatakan bahwa Tuhan yang mengutusnya adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya dengan sebaik-baiknya. Tuhan yang menjadikan matahari, bulan, bintang-bintang yang gemerlapan di langit, sungai-sungai, lautan, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan di bumi, angin, hawa, dan lain-lain yang ada di antara langit dan bumi.
Kalau memang Fir‘aun dan kaumnya adalah orang-orang yang berkepala dingin, berpikiran sehat, dan memiliki hati yang terbuka, maka dengan jawaban Nabi Musa itu, tentu ia akan percaya dan meyakini keesaan Allah yang mengutus Nabi Musa.