Selasa 30 Aug 2022 20:45 WIB

Air Mawar Meresap ke dalam Setiap Aspek Kebudayaan Islam

Kemampuan Oman dalam menghasilkan air mawar berkualitas juga telah dikenal dunia.

Bunga mawar
Foto: Safebee
Bunga mawar

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Tujuh ribu pohon mawar, 90 ladang mawar, dan kondisi yang ideal bagi bunga cantik ini untuk mekar serta menebarkan aroma wangi. Itulah kekayaan yang dimiliki al-Jabal al-Akhdar, sebuah kawasan dataran tinggi di Oman.

Pada pekan ketiga Maret hingga pertengahan Mei, sebanyak 90 ladang mawar di kawasan ini akan berubah warna menjadi merah muda. Aroma wangi mawar pun menyebar ke segala penjuru.

Baca Juga

Kawasan dataran tinggi ini memang sejak lama menjadi pusat penghasil bunga, khususnya mawar. Penduduk setempat memanfaatkan sebagian mawar hasil budi daya ini untuk dijual sebagai bunga potong segar, dan sebagian lagi diolah menjadi komoditas andalan berupa air mawar.

Demi mendapatkan air mawar yang berkualitas, kelopak-kelopak mawar segar khusus dipetik pada pagi hari ketika butir-butir embun masih melapisi. Demi menjaga kekhasan air mawar Oman, pengolahan pun masih dilakukan secara tradisional. Kelopak mawar yang akan disuling tersebut dimasukkan ke dalam oven tradisional yang disebut dengan al-duhjan. Kemudian, air mawar hasil sulingan itu dididihkan selama kurang lebih empat jam di atas bejana yang disebut al-burmah.

Selanjutnya, air mawar yang telah dididihkan itu dituangkan ke dalam panci besar bernama al-karas. Air itu akan berada di panci besar ini selama setidaknya 30 hari. Setelah 30 hari terlewati, air mawar siap dikemas ke dalam botol untuk dijual. Di kawasan al-Jabal al-Akhdar ini, sebagian besar ladang mawar berada di tiga desa, yakni al-Aqr, Wadi Bani Habib, dan al-Fiqaine

Kendati tak disebutkan secara menonjol dalam Alquran, mawar dan air mawar bisa dibilang meresap ke dalam setiap aspek kebudayaan Islam. Tak hanya menjadi tanaman penting dalam taman-taman Islam, mawar juga menempati posisi istimewa di kalangan para tabib, pembuat wewangian, sastrawan, dan filsuf seperti Jalaluddin Rumi dan Ruzbihan Baqli yang menggambarkan mawar merah sebagai bagian dari keindahan dan kemuliaan Tuhan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement