IHRAM.CO.ID, Kota yang pernah menjadi kiblat peradaban dan kebudayaan dunia itu porak-poranda akibat invasi pasukan Mongol pada 1258. Ketika itu, pasukan Mongol di bawah komando Hulagu Khan menghancurkan sebagian besar situs bersejarah di Kota Lingkar.
Tak hanya membantai rakyat dan membakar masjid, istana, serta bangunan-bangunan lainnya, mereka juga melenyapkan warisan intelektual Abbasiyah dengan cara membakar perpustakaan dan menenggelamkan buku-buku karya para pemikir dan filsuf Islam kala itu ke Sungai Tigris.
Kehidupan Kota Lingkar pun sekarat. Kemegahannya berubah menjadi serpihan debu dan puing-puing yang berserakan di tepi Sungai Tigris. Peristiwa tersebut kerap disebut sebagai akhir zaman kejayaan Islam.
Warisan Kota Lingkar pun benar-benar lumat pada era 1870-an. Ketika itu, gubernur Baghdad yang berasal dari kalangan reformis Turki Utsmani, yakni Midhat Pasha, merobohkan sisa-sisa tembok kota bersejarah tersebut. Pasha melakukan perobohan itu dengan alasan untuk mengobarkan semangat modernisasi.
Penduduk Baghdad yang masih tinggal di sekitar situs Kota Lingkar pun diperintahkan angkat kaki dari sana. Mereka juga dilarang memasuki tempat suci di dalam Kota Lingkar. Tak lama kemudian, tepatnya di Distrik Karadat Maryam, tak jauh dari selatan Kota Lingkar, berdiri pabrik dengan mesin-mesin raksasa untuk keperluan industri peternakan sapi.
Akhirnya, Kota Lingkar yang kini disebut Baghdad pun bertransformasi menjadi kota modern. Sayangnya, hingga saat ini kota yang pernah menjadi pusat peradaban dunia itu belum mampu berkilau seperti keadaannya di masa lalu. Baghdad masa kini masih tampak muram oleh deraan konflik berkepanjangan.