IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Hassan Sabbah baru saja merebut Benteng Alamut, Dinasti Saljuk telah berupaya untuk merebut kembali. Sayangnya, mereka kalah cepat. Ibnu Katsir dalam Bidayah wa an-Nihayah juga menyebutkan, Sultan Maliksyah pernah mengirim tentara dan utusan kepada kaum Assassin saat kelompok ini mulai menjadi ancaman di wilayah Iran. Sultan Maliksyah mengancam kaum Assassin supaya menghentikan aksi-aksi pembunuhannya.
Setelah membaca surat itu di hadapan utusan Maliksyah, Hassan memerintahkan seorang pemuda untuk menunjukkan ketaatan pada kelompoknya. Pemuda itu langsung mengeluarkan belati dan melakukan aksi bunuh diri.
Pemuda lain diperintahkan menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Ia melaksanakan tanpa sedikit pun bantahan dan mati. Setelah itu, Hassan hanya berkata singkat, "Inilah jawabannya." Kenyataan itu membuat kekhalifahan berpikir dua kali untuk menyerang Assassin.
Upaya lain dilakukan panglima Shalahuddin al-Ayyubi. Gerard Chaliand dan Arnauld Blin dalam The History of Terrorism From Antiquity to Al Qaeda mencatat, Shalahuddin pernah dua kali menjadi target percobaan pembunuhan kelompok Assassin. Upaya pertama berlangsung selama pengepungan Shalahuddin di Aleppo pada 1174. Yang kedua, terjadi pada 1176 saat Shalahuddin sedang berkampanye. Semua upaya tersebut berhasil digagalkan.
Lahir di Irak dari seorang ayah bersuku Kurdi, Shalahuddin berhasil menjadi salah satu pemimpin besar dunia Islam. Pemimpin yang menaklukkan Yerussalem pada 1187 ini merupakan musuh terberat yang dihadapi Assassin pada abad ke-12. Dengan kekuatan tentara dan angkatan lautnya, Shalahuddin mengancam untuk membasmi Assassin.
Ia memutuskan melakukan pengepungan terhadap benteng Assassin di Suriah. Kendati tidak benar-benar menghabisi kelompok ini, upaya tersebut cukup meredam aksi-aksi Assassin. Kelompok ini baru berhasil ditumpas setelah invasi besar-besaran tentara Mongol ke Timur Tengah.