IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Jika mendatangi Maroko, rasanya kurang afdal jika tidak mengunjungi warisan dunia satu ini. Namanya Ksar Ait Ben Haddou. Ini adalah kompleks bangunan yang terbuat dari tanah. Kompleks ini dikelilingi tembok tinggi yang melindungi penghuninya.
Ini adalah permukiman tradisional pra- Sahara. Bangunannya tampak klasik. Letaknya di Provinsi Ouarzazate, Lembah Ounilla, selatan Maroko, area ini meru pakan tempat kehidupan masyarakat Sahara tradisional.
Situs Ait Ben Haddou merupakan destinasi wisata yang terkenal. Permu kiman ini memiliki rumah yang sangat padat, be n tuknya mirip kastil per kotaan kecil dengan me nara sudut tinggi. Bagian atasnya dihiasi dengan motif batu bata tanah liat. Meski sederhana, permukiman ini memiliki fasilitas umum dan area terbuka tempat masyarakat berkumpul.
Ini merupakan bangunan yang luar biasa yang memperlihatkan panorama leng kap teknik konstruksi tanah pra-Sahara. Konstruksi tertua tampaknya berasal dari abad ke-17, meskipun struktur dan teknik mereka banyak berasal dari periode yang sangat awal di lembah Maroko selatan. Situs ini juga merupakan salah satu basis perdagangan yang meng hubungkan Sudan dan Marrakesh.
Area tempat tinggal di dalam Ait Ben Haddou berupa rumah-rumah, masjid, ruang terbuka, tembok pertahanan, dan area atap, tempat orang-orang dapat menyaksikan pemandangan dari ketinggian.
Di sana juga terdapat tempat sembahyang Yahudi dan masjid. Konstruksi tanah dari selatan Maroko patut dibanggakan karena mereka me wakili arsitektur pra-Sahara, termasuk ne gara Maghreb Besar, Mauritania dan Libya.
Pola kehidupan tradisional ini sangat beragam. Rumah-rumah besar yang disebut tighremtdi Berber anddar atau kasbada lam bahasa Arab, menyatu pada bagian tengah. Dua hal yang terkandung. Pertama, bangunan-bangunan di sana merefleksikan gaya arsitektur masyarakat selatan Maroko abad ke-18 dengan bahan dasar tanah liat.
Dalam beberapa bagian terlihat ornamennya dibuat dengan desain geometris dalam tembok pertahanan yang mengelilingi bangunan di dalamnya. Di setiap sudutnya terdapat menara penjaga.
Kedua, cagar budaya ini merupakan gaya tradisional hunian masyarakat Maghrib, Mauritania, dan Libia di area gurun pasir.
Meski bangunan di sana berusia ratusan tahun, masih ada tujuh keluarga menghuninya. Keluarga ini terdiri atas 20 orang. Unesco mengalami kesulitan untuk memugar dan merawatnya karena mereka masih menghuni area tersebut.