Kamis 13 Oct 2022 20:45 WIB

Perkembangan Fustat dari Masa Umar Hingga Umayyah

Khalifah Umar bin Khattab terus mengawasi perkembangan pembangunan fisik di Fustat

Nilometer yang berada di Pulau Rawda (Roda), Fustat, Mesir.
Foto: en.wikipedia.org
Nilometer yang berada di Pulau Rawda (Roda), Fustat, Mesir.

IHRAM.CO.ID, Khalifah Umar bin Khattab terus mengawasi perkembangan pembangunan fisik di Fustat. Umar bahkan pernah memerintahkan agar bangunan lantai kedua dari rumah Kharija Ibn Hudafa di Fustat dirobohkan.

Tindakan itu diyakini bukan karena pertimbangan keluhan dari tetangga Kharija yang merasa privasinya terganggu, namun karena ingin mencegah timbulnya rasa sombong Muslim karena mampu membangun rumah megah.

Baca Juga

Pada masa Dinasti Muawiyah, semuanya berubah. Khalifah Abdul Malik dan al-Walid meyakini bahwa arsitektural punya kekuatan simbolis dalam menyatakan keunggulan peradaban Islam. Kedua khalifah Umayyah itu punya peran dalam pembangunan mahakarya arsitektur Islam, yaitu pembangunan Kubah Sakhrah (Dome of the Rock) tahun 692 M di Yerusalem dan Masjid Agung Damaskus tahun 715.

Salah satu bangunan awal di Fustat adalah Masjid Amr yang didirikan pada musim dingin tahun 641-642 untuk tempat ibadah bagi warga permukiman Ahl ar-Raya, bukan masjid raya bagi seluruh warga kota. Ruangannya seluas 30x50 hasta atau sekitar 313 meter persegi hanya cukup untuk menampung 700 jamaah, bukan 12 ribu pasukan yang menghuni Fustat saat itu. Konstruksinya menggambarkan masjid Nabi di Madinah, dibangun dari bata tanah liat dengan enam pintu masuk. Dinding yang menghadap kiblat tak dilengkapi ceruk mihrab.

Batang pohon kurma menyokong atap lembaran kayu kurma ditutupi lumpur. Lantainya hanya ditutupi dengan kerikil. Bentuk yang sangat sederhana itu sedikit tertolong dengan adanya mimbar hadiah dari Raja Nubia, yang dipakai Amr untuk berkotbah. Namun, mimbar itu diprotes Khalifah Umar karena menganggapnya menaikkan posisi Amr di antara jamaah lainnya, sesuatu yang bertentangan dengan prinsip egalitarian Islam.

Atas perintah Khalifah Muawiyah, Gubernur Maslama memperluas bangunan Masjid Amr tahun 673 agar bisa menampung jamaah dari seluruh kota. Minaret ditambahkan di pojok-pojok masjid, walau bentuknya hanya menara yang sedikit lebih tinggi dibanding atap masjid dengan tangga di luar. Itulah untuk pertama kalinya minaret pada masjid dibangun.

Sejak saat itu, renovasi terus dilakukan terhadap Masjid Amr yang melambangkan penguasa Muslim pertama di Mesir sehingga bentuk aslinya tak lagi bisa ditemui. Mihrab ditambahkan pada tahun 710 dan renovasi besar-besaran yang bentuknya masih diwarisi hingga sekarang dilakukan pada abad ke-9 oleh Abdullah Ibn Tahir. Akhirnya, Dinasti Fatimiyah mengakhiri peran Fustat dengan membangun Kairo di utara kota itu pada 969.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement