IHRAM.CO.ID, Siapa yang tak kenal Ibnu Katsir? Ia adalah ahli tafsir, pakar hadis, sejarawan, sekaligus fukaha serta ulama besar dari abad ke-8 Hijriah. Namanya begitu masyhur ke seantero dunia. Salah satu adikaryanya yang hingga kini menjadi rujukan kaum Muslim di berbagai benua adalah Tafsir Alqur’an Al-Azhim atau Tafsir Ibnu Katsir.
Ulama besar itu bernama lengkap Imaduddin Isma’il bin Umar bin Katsir Al- Qurashi Al-Busrawi. Ibnu Katsir terlahir pada tahun 701 H/1301 M di sebuah desa yang menjadi bagian dari Kota Busra, Syam (Suriah). Namun, ada pula yang menyebutkan, sang ulama terkemuka itu lahir pada tahun 700 H/1300 M.
Sejak kecil, ia telah menjadi anak yatim pada usia empat tahun. Namun, ada pula yang meyakini, Ibnu Katsir ditinggalkan ayahnya pada usia enam tahun. Sejak itu, ia diasuh oleh pamannya dan kakaknya bernama Abdul Wahhab.
Semasa hidupnya, Ibnu Katsir dikenal sebagai ulama yang serbabisa. Berbagai ilmu agama yang dikuasainya itu ia ajarkan kepada masyarakat luas. Muridnya berdatangan dari berbagai penjuru dan wilayah. Mereka menimba ilmu dari Ibnu Katsir.
Salah seorang muridnya, lbnu Habib, pernah menulis tentang sosok ulama yang juga gurunya itu, lbnu Katsir adalah seorang pemimpin agama Islam yang banyak mewiridkan tasbih dan tahlil. Dia juga seorang pemuka para ahli tafsir... Pada tahun 706 H/1306 M, Ibnu Katsir hijrah dari tanah kelahirannya ke Damaskus, Suriah. Di bekas ibu kota Dinasti Umayyah itu, ia memulai pengembaraannya untuk menuntut ilmu ke berbagai kota yang ditinggali oleh kaum Muslimin.
Ibnu Katsir mendatangi majelis ulama, ahli fikih, pakar hadis, sejarawan, dan ulama-ulama yang lain. Di setiap majelis itu, ia dengan penuh ketekunan dan keseriusan mendengarkan, mencatat, memahami, dan menghafal semua ilmu yang didapatnya.
Meskipun pada saat itu dunia Islam tengah diliputi tragedi yang sangat memilukan, yakni banyak ulama dan kaum Muslimin yang dibantai oleh pasukan Tartar, buku-buku penting dimusnahkan, dan pusat-pusat peradaban Islam dihancurkan, semua itu tidak pernah mematikan semangatnya untuk menuntut ilmu.
Selain di Damaskus, Ibnu Katsir juga pernah menuntut ilmu hingga ke Mesir dan mendapat ijazah dari para ulama di sana. Guru pertamanya adalah Burhanuddin al-Fazari (660-729 H/1261-1328 M) yang menganut Mazhab Syafi’i. Ibnu Katsir juga menimba ilmu dari Isa bin Muth’im, Ibn Asyakir, Ibn Syairazi, Ishaq bin Yahya bin al-Amidi, Ibn Zarrad, al-Hafizh adz-Dzahabi, serta Ibnu Taimiyah.
Selain itu, ia juga belajar kepada Syekh Jamaluddin Yusuf bin Zaki al-Mizzi, salah seorang ahli hadis di Syam. Syekh al-Mizzi lalu menikahkan Ibnu Katsir dengan putrinya. Berkat kegigihannya dalam menuntut ilmu, Ibnu Katsir pun berhasil menjadi ulama serbabisa yang amat terkenal.