Selasa 18 Oct 2022 12:07 WIB

Menyayangi Orang Miskin

Nabi SAW sangat memerhatikan dan menyayangi orang miskin.

kemiskinan di kota besar (ilustrasi)
Foto: google.com
kemiskinan di kota besar (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, Oleh: Naharus Surur

Di antara misi terpenting Islam, salah satunya membela, menyelamatkan, membebaskan, melindungi, dan memuliakan kelompok yang lemah dan menderita (dhuafa). Dalam sebuah hadits qudsi diriwayatkan bahwa Allah hanya menerima shalat dari orang-orang yang menyayangi orang miskin, ibnu sabil, wanita yang ditinggalkan suaminya, dan yang menyayangi orang yang ditimpa musibah.

Baca Juga

Ketika Nabi Musa as bertanya kepada allah SWT, Tuhanku, di mana aku harus mencari-Mu. Lalu Allah menjawab, carilah Aku di tengah-tengah mereka yang hancur hatinya. Dalam kitab Adz-dzull wa al-Inkisar li al-Aziz al-Jabbar al-Khusyu fi al-Shalah karya Ibn Rajab al-Hambali, Ibnu Majah meriwayatkan dari hadis Abu Sa’idah al-Khudri r.a, bahwa Nabi saw, pernah mengucapkan doa, Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan bangkitkanlah aku bersama orang-orang miskin.

Nabi saw, sangat memerhatikan dan menyayangi orang miskin. Hal ini tercermin dari doa yang disampaikannya bahwa ia ingin hidup dan mati dalam keadaan miskin, perhatikanlah orang miskin karena doa orang miskin dikabulkan oleh Allah SWT. Bahkan dalam Al qur an surat al-Ma’un ayat 1 dan 2 dijelaskan, Tahukah kamu siapa orang yang mendustakan agama? Orang yang mendustakan agama adalah orang yang menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin.

Alquran sangat memerhatikan nasib orang miskin, sehingga Alquran mengisyaratkan bahwa orang yang tidak memerhatikan orang miskin adalah orang yang mendustakan agama. Artinya, jika orang Muslim tidak mengayomi, memerhatikan, dan peduli terhadap nasib orang miskin, ia di hadapan Allah akan dikelompokkan kepada orang yang berdusta dan berbohong dalam beragama.

Rasulullah dalam membela kelompok masyarakat yang tertindas, selalu membangkitkan harga diri rakyat kecil dan dhuafa. Ia senantiasa bersama orang-orang lemah. Pada suatu hari para sahabat melihat Nabi sedang memperbaiki sandal anak yatim, lain kali menjahit baju janda tua yang miskin. Bila masuk masjid Rasul memilih kelompok orang miskin, dan di sanalah ia duduk. Digembirakannya mereka, dipeluknya, hingga kadangkadang Rasulullah tertawa bersama mereka.

Sebagai pemimpin orang kecil, Nabi memilih hidup seperti mereka. Ia hidup amat sederhana, lantaran ia mafhum sebagian besar sahabatnya masih menderita. Ditahannya rasa lapar berhari-hari, karena ia tahu sebagian sahabatnya juga tidak makan berhari-hari. Bagimana dengan sikap hidup kita hari ini? Sudahkah belajar meneladani cara hidup Sang Nabi? Wallahu’alam.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement