Kamis 20 Oct 2022 21:42 WIB

Menelusuri Sejarah Penjilidan di Dunia Islam

Dalam dunia Islam, seni menjilid merupakan salah satu keunikan dan kelebihan.

Seni Penjilidan di Dunia Islam (ilustrasi)
Foto: Metaexistence.org
Seni Penjilidan di Dunia Islam (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, Dunia tulis-menulis sangat penting dalam sebuah peradabpenan. Karena melalui menulislah, peradaban itu dikenal. Hal ini sangat tampak pada masa-masa kejayaan Islam pada abad-abad pertengahan. Para pemikir, ilmuwan, seniman, dan penguasa di zaman itu menuliskan karya-karya mereka agar dapat menjadi warisan untuk generasi selanjutnya.

Melalui tulisan ini pulalah, dunia Barat terinspirasi pada kejayaan dunia Islam. Bahkan, orangorang Eropa banyak yang mengadaptasi pemikiran dan penemuan dari dunia Islam. Bercerita tentang tulisan, tentu tidak akan jauh dari buku. Pada masa-masa awal manusia menuliskan pemikirannya, digunakanlah daun lontar, bambu, hingga kertas yang dibuat secara tradisional.

Baca Juga

Bentuknya pun masih berupa lembaran-lembaran atau gulungan. Hingga kemudian, mereka mengenal cara menjilid dan jadilah sebuah buku. Dalam dunia Islam, seni menjilid merupakan salah satu keunikan dan kelebihan tersendiri. Dengan adanya metode penjilidan, masalah kerusakan pada tepi kertas yang masih berupa gulungan dan lembaran menjadi terselesaikan.

Informasi tentang penjilidan di dunia Islam merujuk pada penemuan seorang arkeolog bernama A Von Le Cog di sebelah timur Turkmenistan atau di Karahoc. Di sana, dia menemukan sebuah buku yang diyakininya milik bangsa Uigur Turki pada abad ke 7. Dari penemuan ini, dapat dikatakan bahwa setelah masuknya Islam di Turki, negara tersebut mulai mengembangkan teknik penjilidan yang masuk dalam kategori terbaik, terutama penjilidan Alquran.

Karena kualitasnya yang sangat bagus, seni penjilidan di Turki banyak memengaruhi perkembangan pembuatan buku di Eropa. Selain di wilayah Turki, seni penjilidan ini juga muncul di berbagai daerah lain, seperti Tunisia, Mesir, atau Yaman. Dalam seni penjilidan, kulit menjadi bahan dasar yang sangat diperhitungkan. Para seniman penjilid mencari kulit dengan kualitas tertinggi dan mudah untuk dilukis serta dicelup untuk perwarnaan.

Bahan lain yang dibutuhkan adalah kertas karton atau kayu tipis. Bahan tersebut berguna untuk memberikan kekuatan dan perlindungan terhadap struktur buku yang diinginkan. Pada perkembang annya, kayu sudah mulai ditinggalkan dan diganti kan dengan karton karena karton lebih mudah untuk dimodifikasi.

Zaman dahulu, karton ini terbuat dari tumpukan kertas dengan ketebalan tertentu. Ketebalannya itu menentukan kekuatan dari karton tersebut. Untuk merekatkan kertas-kertas tersebut, digunakan lem dan semacam racun agar tidak dimakan oleh ulat atau serangga. Namun perlu diketahui, kertas yang digunakan pada zaman dahulu sedikit berbeda.

Di dunia Islam, kertas yang digunakan bukan terbuat dari bubur kayu (pulp), tetapi dari sobekan-sobekan linen dan hemp (semacam tumbuhan yang bentuk daunnya mirip daun ganja. Tumbuhan ini biasanya diolah menjadi tali, benang, atau kertas). Sobekan-sobekan kain itu dilembutkan dengan air limau, lalu ditumbuk hingga menjadi bubur. Hasilnya kemudian direndam dalam sebuah tong.

Untuk membentuknya menjadi lembaran kertas, digunakan cetakan ber bentuk segi empat. Bubur linen itu kemudian dice tak dan dibiarkan kering. Untuk menambah keindahan dari kertas yang dibuat, terkadang di tambah kan pewarna, ada pula yang ditaburi emas, atau dicetak dengan corak seperti batu pualam. Untuk menjilid kertas menjadi buku, sebenarnya dibutuhkan dua langkah sederhana.

Pertama adalah persiapan untuk badan buku. Kedua, persiapan untuk sampul buku. Proses penjilidan dalam dunia Islam terkenal unik karena memisahkan dua proses ini. Sehingga jika sewaktu-waktu sampul tersebut rusak atau sang pemilik bosan, dapat digantikan dengan sampul yang baru.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement