Senin 31 Oct 2022 21:25 WIB

Al-Qali Berjaya di Andalusia

Di Andalusia, al-Qali dapat memaksimalkan keahliannya.

Ilustrasi Ilmuwan Muslim.
Foto: Mgrol120
Ilustrasi Ilmuwan Muslim.

IHRAM.CO.ID, Kota Baghdad yang tak bersahabat dengannya mendorong  Ismail ibn Qasim bin Aidhun Abu Ali, nama lengkap Al-Qali (901-967) merantau, mengadu peruntungan di Kordoba, ibu kota Andalusia. Saat itu, usianya telah mencapai 40 tahun. Ia melihat, Kordoba sedang dalam suasana gempita seiring kemajuan serta pencapaian luar biasa di berbagai bidang. Dan di sinilah, al-Qali dapat memaksimalkan keahliannya.

Khalifah Abdurrahman al-Nashir, penguasa Andalusia, menghendaki pemerintahannya kokoh dengan ilmu pengetahuan, syair, dan sastra. Khalifah melihat kapasitas mumpuni dalam diri al-Qali, sehingga memercayainya untuk menangani urusan ini. Dia ditugasi memimpin Masjid al-Zahra.

Baca Juga

Kemudian, ia pun  mendapat kepercayaan sebagai kepala hakim Andalusia. Al-Qali juga menjadi profesor di Universitas Kordoba. Dalam bidang ilmu, al-Qali sangat produktif, dia telah mengarang puluhan karya seperti al-Amali atau Dictation yang membahas tentang bahasa dan syair.

Menurut sejarawan besar Ibnu Khaldun, kitab ini merupakan salah satu dari empat pilar  penting dalam literatur kebahasaan Arab.Yakni, mencakup aspek leksikografi, tata bahasa, serta puisi pra dan pascakebangkitan Islam. Karya lain yang cukup berpengaruh adalah Kitab al-Bari’ fi al-Lughah yang tebalnya mencapai 3.000 halaman.

Selain itu, al-Qali  turut pula memelopori kajian serta studi tata bahasa Arab secara komprehensif, meliputi pola bentukan kata benda, kata kerja, dan imbuhan. Menurut sejarawan A Darwish, sistematika tata bahasa yang dikemukakan al-Qali sangat memudahkan pemahaman terhadap bahasa Arab.

Dia memberikan sinonim (persamaan) saat membahas definisi atau makna kata. Tak jarang pula dia melengkapi dengan ilustrasi maupun kutipan puisi. Al-Qali menyusun kamus pertamanya pada 339 Hijriyah. Atas permintaan khalifah, dia berhasil menuntaskan pekerjaannya 10 tahun kemudian.

Karya penting al-Qali yang lainnya adalah Tabaqat al Nahawiyin wa Ilughawiyin atau kategorisasi tata bahasa dan leksikografi. Kitab ini masih menjadi rujukan utama dalam kajian leksikografi bahasa Arab di berbagai universitas ternama. Beberapa bab dalam kitab tersebut menyajikan biografi para ahli bahasa zaman itu.

Al-Qali mengklasifikasikan mereka berdasarkan tepat mereka berkiprah, serta metode yang dipakai. Tabaqat juga mengkritisi pemakaian tata bahasa yang dianggap rancu, sekaligus memberi perbaikan. Sedangkan buku al-Maqsur wa al-Mamdud merupakan karya leksikografi tentang kata-kata yang ditulis dengan alif panjang atau pendek.

Ini karya luar biasa, karena seperti tercantum dalam karya biografi al-Qifthi, beberapa tokoh ternama semisal Muhammad ibnu Ibrahim ibnu Muawiyah al-Quraisyi, Muhammad ibnu Aban ibn Sayyid, Abd al Wahhab ibnu Asbagh, dan Muhammad ibnu Hasan al Zabidi, memberikan sertifikasi terhadap buku tadi.

Dengan bekal ilmunya, ujar Philip K Hitti dalam History of the Arabs, cendekiawan ini mampu mendorong munculnya beberapa figur ternama. Al-Qali memiliki murid utama bernama Muhammad ibnu Al-Hasan Al-Zubaydi (928-989). Melalui bimbingan al-Qali, al-Zubaydi menjadi salah satu perintis kajian bahasa dan sastra di Spanyol.

Menurut Dr Syauqi Dhaif, tokoh pembaharu nahwu asal Mesir, dalam sejarah linguistik Arab terdapat beberapa mazhab, yaitu mazhab Bashrah, Kufah, Baghdad, Andalusia, dan Mesir. Semua mazhab itu sangat berpengaruh. Dalam konteks ini, al-Qali, merintis perkembangan mazhab Andalusia.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement