Selasa 01 Nov 2022 23:23 WIB

Santri Diajakn Teladani Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW

Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW adalah pola kepemimpinan transformatif.

Ilustrasi Santri Mandiri
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi Santri Mandiri

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pengasuh Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep KH Moh Salahuddin A Warits mengajak para santri memanfaatkan momentum Hari Santri Nasional (HSN) 2022 untuk meningkatkan implementasi peran sebagai pemuda santri dengan meneladani kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

"Pola kepemimpinan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah pola kepemimpinan transpormatif. Kepemimpinan beliau tidak hanya pada sistem struktur kekuasaan semata, akan tetapi juga memperhatikan aspirasi yang berkembang dari masyarakat yang dipimpinannya," katanya di Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, Senin kemarin.

Baca Juga

Karena itu, sambung dia, saat Nabi Muhammad memimpin menjadi pimpinan politik yang menjadi dasar konstitusi negara bukan agama, akan tetapi perjanjian politik antara umat Islam dan non-muslim yang dikenal dengan sebutan Piagam Madinah.

Para santri, sambung Kiai Salahuddin, harus memahami sejarah politik kepemimpinan Nabi Muhammad SAW itu, sehingga bisa berpikir terbuka dan bisa bekerja sama dengan semua kalangan.

Kebesaran hati dengan pola kepemimpinan seperti itu yang pada akhirnya bisa menciptakan kekuatan tersendiri dalam sejarah perjuangan bangsa, sehingga terjadi gerakan yang disebut resolusi jihad yang saat ini menjadi cikal bakal ditetapkannya Hari Santri Nasional (HSN).

Sebelumnya dalam dialog kepemudaan yang digelar organisasi Ansor Pragaan Sumenep, KH Salahuddin A Warits yang juga menjadi narasumber dalam kegiatan itu menjelaskan, bahwa sebenarnya arah dan orientasi kepemimpinan dalam organisasi adalah menyelesaikan ragam permasalahan masyarakat.

Karena itu, sambung dia, pengurus organisasi perlu menggali dan memperhatikan seluruh aspirasi untuk mendapatkan solusi. Ia juga menjelaskan, bahwa selaku pemimpinan politik Nabi Muhammad hidup rukun dengan semua kalangan, seperti rukun dengan orang-orang Persia yang menyembah Api, Kristen Koptik di Mesir, dan lainnya.

"Bahkan, hadratussyekh KH M Hasyim Asy?ari yang membangun pesantren dengan jumlah santri 8 orang, dalam jangka 2 tahun santrinya ribuan. Padahal Tebuireng kala itu dikenal sebagai tempatnya preman," katanya, menjelaskan.

"Sekarang, sebagaimana kita ketahui bersama, Tebuireng menjadi episentrum, karena pola pemimpinnya transformatif," katanya.

Sementara itu, kegiatan menyambut Hari Santri Nasional di Kabupaten Sumenep digelar dengan beragam kegiatan, mulai dari dialog kepemudaan, seminar peran santri, hingga pengajian akbar yang melibatkan ribuan orang, seperti yang digelar di Aula Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk, Sumenep, Senin (31/10/2022).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement