Jumat 04 Nov 2022 18:45 WIB

Harun Ar-Rasyid Berhaji dengan Berjalan Kaki

Harun Ar-Rasyid berhaji dari Rakkah (di Suriah) ke Makkah dengan berjalan kaki.

haji lustrasi
Foto: wordpress.com
haji lustrasi

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Harun Ar-Rasyid tidak pernah lupa melaksanakan ritual ibadah agamanya. Setiap pagi, dia memberikan 1.000 dirham untuk amal dan melakukan shalat 100 rakaat (masing-masing disertai banyak bacaan zikir dan doa) setiap hari.

Dia berhaji ke Makkah menggunakan unta sebanyak tujuh kali. Jaraknya 1.750 mil dari Baghdad, pergi pulang. Ibadah haji itu dimulai pada tahun setelah dia naik takhta. Haji yang kedelapan dari Rakkah (di Suriah) ke Makkah dengan berjalan kaki.

Baca Juga

"Jika kita membayangkan jarak yang dilalui dan keadaan gurun kering yang tidak ramah yang harus dia jalani, kenyataan ini saja akan memberikan gagasan mengenai tenaganya yang sulit ditaklukkan dan kegigihan karakternya," tulis seorang sejarawan.

Dialah satu-satunya khalifah yang membebani dirinya dengan sebuah kewajiban yang sangat keras. Barang kali, dialah satu-satunya yang memaksa dirinya melaksanakan begitu banyak sujud dengan shalat hariannya.

Benson Bobrick dalam The Caliph's Splendor: Islam and the West in the Golden Age of Baghdad menuliskan, saat perjalanan haji, dia (Harun) juga memberikan harta dalam jumlah sangat besar kepada penduduk Makkah dan Madinah, dua kota paling suci dalam Islam. Tidak lupa dia juga memberi kepada para jamaah haji yang miskin di sepanjang perjalanan.

“Selalu ada sejumlah orang zuhud yang ia biayai dalam rombongannya. Ketika pada tahun tertentu ia tidak bisa berangkat haji sendiri, dia mengirimkan beberapa wakil yang berkedudukan tinggi bersama 300 pegawai. Semua biaya, ia yang menanggung,” kata Bobrick.

Stempelnya berukirkan tulisan “Harun tawakal pada Tuhan”. Dalam praktiknya, dia tampaknya menjelmakan keyakinan bahwa haji adalah salah satu dari lima pilar agama.

Pemerintahannya juga membangkitkan kembali arti penting tempat-tempat suci. Alasan-alasan politik mengubah ibadah haji ke Makkah menjadi sebuah peristiwa propaganda  yang mengesankan.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement