IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Kasus kematian jamaah haji asal Indonesia lebih tinggi jika dibandingkan dengan sejumlah negara yang banyak mengirimkan jamaah haji. Informasi tersebut disampaikan Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) Haji dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Liliek Marhaendra Susilo, dalam Rapat Kerja Komisi VIII dengan Pemerintah, Senin (7/11/2022).
"Dibandingkan dengan negara-negara lain pengirim jamaah haji terbanyak, yaitu Pakistan, India, Bangladesh dan Malaysia, kita relatif paling tinggi kematiannya dari tahun ke tahun. Lima tahun terakhir ini kita masih tinggi," kata dia.
Kemenkes disebut berhasil mendapat data kematian jamaah haji Malaysia dari tiga tahun terakhir, yaitu 2018, 2019 dan 2022. Jika dibandingkan, penurunan yang dialami Malaysia cukup signifikan terlebih pada tahun 2019 dan 2022.
Liliek menyebut, jika berkaca pada data negara lain, tingkat kematian jamaah Indonesia pun terbilang masih tinggi. Pada 2016 tercatat kematian sebanyak 0,20 persen dari jamaah yang berangkat, naik di tahun berikutnya 0,29 persen dan menurun pada 2018 dengan posisi 0,16 persen. Namun, angka ini kembali naik pada 2019 dengan 0,20 persen.
"Untuk tahun 2022, alhamdulillah bisa kita tekan menjadi 0,09 persen. Jadi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tingkat kematian jamaah tahun ini yang terendah," lanjutnya. Dari total 100.051 kuota jamaah pada 2022, tercatat 89 jamaah meninggal dunia.
Lebih lanjut ia mengatakan jika melihat waktu kematian jamaah, berdasar grafik yang ada dari 2016 hingga 2022, hal ini terjadi sejak dimulainya masa Arafah, Muzdalifah dan Mina (ARMUZNA). Di tahun ini angka kematian harian tertinggi terjadi pada 16 Dzulhijjah sebanyak enam jamaah.
Penyebab kematian tertinggi jamaah haji adalah kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah, sebanyak 49. Di posisi kedua saluran pernapasan, disusul endokrin dan metabolik, penyakit infeksi, neoplasma (kanker), serta terakhir saluran cerna.