IHRAM.CO.ID,Tak hanya piawai di ranah matematika, Muhammad al-Karaji juga seorang insinyur yang mumpuni, terutama dalam hal manajemen air sekaligus menciptakan mesin air.
Munculnya kota-kota seperti Baghdad, Kairo, Cordoba, Damaskus, Fez dan Marakech membutuhkan metode pengelolaan air yang canggih. Sebagai seorang insinyur sekaligus pakar matematika, al-Karaji seperti termaktub dalam Inbat al-Miyah al-Khafiya yang ditulis pada tahun 1000 di Irak atau Iran, menjelaskan tentang teknik pengelolaan air bawah tanah.
Buku ini adalah risalah teknis yang memberi penjelasan rinci tentang pembangunan saluran air dan aneka perangkatnya, juga tata cara pembersihan dan pemeliharaannya. Sebelum karya al-Karaji muncul, sebenarnya ilmuwan Muslim lainnya, Ibnu Sina (980-1037), telah menjelaskan dalam bukunya, Risalah fi al-Ulum Aqsam al-Aqliya, tentang prinsip hidrolik.
Al-Karaji bukanlah satu-satunya ilmuwan Muslim yang berbakat di bidang teknik. Beberapa ilmuwan Muslim mempunyai minat yang sama, antara lain, al-Farghani (wafat 860), Thabit bin Qurra (wafat 901), al-Kuhi (wafat 1000), dan beberapa nama lainnya.
Al-Karaji yang mempunyai nama lahir Abu Bakar Muhammad al-Karaji bin al-Hasan, dikenal sebagai al-Hasib (ahli hitung). Keahliannya tersohor sejak abad ke-10 M. Menurut sejarawan Giorgio Levi Della Vida dalam karyanya, Appunti e Quesiti di Storia Letteraria Araba, al-Karaji berasal dari Karadj, Iran. Keterangan ini menepis keterangan pada salah satu karya tulis modern yang menyebut al-Karaji berasal dari daerah al-Karkh, Baghdad.
Semasa muda, al-Karaji merantau ke Baghdad. Di kota ini, ia sempat memegang posisi tinggi dalam pemerintahan pada 1011 Masehi di era pemerintahan Buwaih (945-1055 M). Dia kemudian kembali ke tanah kelahirannya dan meninggal di sana pada 1015 M.
Sejatinya, tak ada sumber yang jelas mengenai tanggal kelahiran atau kematian al-Karaji. Sejumlah sejarawan meyakini, sang ilmuwan meninggal setelah 1015 M. Sangat sedikit sumber mengenai riwayat hidup sang ilmuwan. Namanya muncul pada era modern dengan sebutan al-Karaji atau al-Karakhi. Semuanya didasarkan pada eksistensi karyanya.
Para sejarawan sains paling sering menyebutnya dengan nama al-Karaji. Roshdi Rashed mengungkapkan, sangat sedikit informasi dalam sumber Arab klasik tentang al-Karaji. Apalagi, nama al-Karaji tidak disebutkan sejarawan Islam seperti Ibnu al-Nadim atau Ibnu Abi Usaybia dalam karya utama mereka.
Kota Baghdad menjadi saksi munculnya ide-ide brilian al-Karaji. Salah satunya risalah penting aljabar, Al-Fakhri. Karya ini didedikasikan untuk Fakhr al-Mulk, menteri Baha ‘al-Dawlah, penguasa Buyahid Baghdad. Namun, di titik puncak kariernya, al-Karaji ternyata memutuskan untuk meninggalkan ibu kota Abbasiyah ini. Dia memilih berkonsentrasi pada bidang teknik, seperti hidrologi dan hidrolika. Maka, lahirlah buku Kitab al-Dakwah Islamiyah Inbat al-Khafiya.