IHRAM.CO.ID, Lalu sejak kapan kota Yamamah atau Hajar berganti nama menjadi Riyadh? Kota itu diketahui berubah nama menjadi Riyadh dari sebuah laporan sejarah pada abad ke-17 M, yang menyebutkan wilayah itu dikenal dengan nama Riyadh dari peristiwa yang terjadi pada 1590 M.
Pada 1737, Deham bin Dawwas, seorang pengungsi dari Manfuha, mengambil alih Riyadh. Ibnu Dawwas lalu membangun dinding tunggal untuk mengelilingi berbagai tempat di wilayah Riyadh sehingga menjadikannya sebagai sebuah kota tunggal yang efektif.
Saat ini, di Riyadh terdapat tua yang dikelilingi tembok yang tidak melebihi satu kilometer persegi, yang masih menyimpan sisa-sisa arsitektur asli di masa lalu. Yang paling menonjol adalah Benteng al-Masmak dan beberapa bagian struktur dinding asli dan gerbang yang telah direstorasi dan direkonstruksi. Ada juga sejumlah rumah lumpur bata tradisional dalam kawasan kota tua ini.
Awalnya, wilayah itu merupakan oasis terpencil, yakni daerah asal dari leluhur keluarga al-Saud, pendiri dan penguasa Arab Saudi. Kini, Riyadh telah menjadi salah satu kota kosmopolitan. Sejak ibu kota kerajaan dipindahkan dari Jeddah ke Riyadh pada 1980-an, kawasan ini mulai berkembang dengan tata kota yang tertata rapi dan terencana.
Di Riyadh terdapat gedung pencakar langit bernama Burj al-Yamamah. Gedung itu tingginya mencapai 300 meter dengan 99 lantai dan termasuk dalam jajaran 45 gedung tertinggi di dunia. Menara ini dibangun di atas tanah seluas 94.230 meter persegi. Burj al-Yamamah dimiliki oleh sekelompok perusahaan, termasuk Kingdom Holding Company yang dipimpin Al-Waleed bin Talal, salah seorang pangeran keluarga kerajaan dan konglomerat terkaya di dunia Arab.
Yamamah menjadi saksi sebuah pertempuran yang terjadi pada masa kepemimpinan Khalifah Abu Bakar ra. Peristiwa bersejarah yang terjadi pada Desember 632 itu bernama Pertempuran Yamamah. Pasukan tentara Islam melawan pasukan yang dipimpin Musailamah al-Kazzab.
Perang itu dipicu oleh maraknya orang yang mengaku-ngaku sebagai nabi setelah Rasulullah SAW wafat. Pada masa itu, banyak suku-suku Arab yang kemudian kembali murtad dan melawan terhadap Kekhalifahan Islam di Madinah. Salah seorang yang mengaku menjadi nabi adalah Musailamah al-Kazzab.
Penguasa wilayah Yamamah itu mengaku nabi dan melawan kekhalifahan Islam. Untuk meeredam pemberontakan dan aksi murtad itu, Khalifah Abu Bakar mengerahkan pasukan. Awalnya, yang diutus untuk meredam pemberontakan adalah Ikrimah bin Abu Jahal.
Namun, pasukan Ikrimah tak berhadapan dengan pasukan Musailamah. Lalu, Khalifah Abu Bakar menugaskan Khalid bin Walid untuk menumpas Musailamah al-Kazzab. Ternyata, tugas pasukan yang dipimpin Ikrimah memang hanya untuk mencegah keluarnya pasukan Musailamah dari Yamamah.
Begitu pasukan Khalid bin Walid tiba di Yamamah, pertempuran pun berlangsung. Pertempuran Yamamah berlangsung seimbang dan alot. Namun, Khalid bin Walid tak kehabisan akal. Untuk menghancurkan moral pasukan musuh, sang panglima perang legendaris itu menantang duel para pemimpin pemberontak.
Tawaran Khalid itu pun disetujui. Dengan mudah Khalid berhasil menaklukkan satu per satu pemimpin pemberontak hingga akhirnya ia berduel dengan Musailamah al-Kazzab. Melihat kehebatan pasukan tentara Islam, Musailamah dan pasukannya melarikan diri.
Tak kurang dari 7.000 pasukan Musailamah lari menyelamatkan diri. Pasukan tentara Muslim terus mengejarnya hingga akhirnya pasukan nabi palsu itu berhasil dikalahkan. Musailamah pun tewas dalam Pertempuran Yamamah setelah Wahsyi berhasil menombaknya.