Rabu 30 Nov 2022 14:41 WIB

Persaingan Sengit Karpet Ottoman dan Persia

Persia punya sejarah panjang karpet sejak zaman Dinasti Sassanid.

Karpet Persia.
Foto: Reuters/Morteza Nikoubazl
Karpet Persia.

IHRAM.CO.ID, Bagi Bangsa Persia, tidak ada yang bisa menyamai besarnya pengaruh Ottoman pada karpet mereka. Persia punya sejarah panjang karpet sejak zaman Dinasti Sassanid sebelum munculnya peradaban Islam. Bukti produk si karpet Muslim Persia ditemukan pada abad ke-15 M melalui ilustrasi dan lukisan miniatur. Pola pusat karpet berbentuk segi empat dido minasi medali. Bagian pinggir me rupakan pilinan beberapa vasiasi bentuk dan luas.

Karpet juga menjadi hadiah berharga dan dijadikan cinderamata selama misi diplomatik ke Eropa. Selama pemerintahan Shah Abbas I (1587-1629), karpet Persia diekspor melalui Jalur Sutra. Karpet menjadi sumber utama pendapatan dan kemakmuran Dinasti Safawi (1501- 1722). Karpet juga diproduksi mas sal karena banyaknya pesanan dari Eropa. Pembuat karpet kemudian menjadi seniman profesional. Mereka menggambarkan pola sebelum mengaplikasikannya pada tenun.

Baca Juga

Perbedaan karpet Turki dan Persia adaah bentuk simpul dan teknik. Pada karpet Turki sama dengan teknik simpul Ghiordes di Anatolia, yaitu benangnya dua kali di lingkarkan berdekatan. Pola diakhiri pada lingkaran yang berde katan. Untuk karpet Persia, benang wol dilingkari pada bentuk tunggal. Pola yang dibuat diakhiri pada bentuk ini dan pola selanjutnya ber akhir pada bentuk lain.

Dekorasi desain Turki kaya dengan pola tumbuhan dan menggu na kan banyak pewarna. Sementara, pada gaya Persia lebih berani menggunakan pola manusia dan hewan, sesuatu yang ditabukan oleh Turki. Pola Persia juga sering menggunakan elemen alam, menggunakan paduan yang halus dengan war na merah dan biru.

Kedatangan karpet ke Eropa awalnya akibat Perang Salib pada abad ke-13 dan 14 M. Pasukan Ero pa yang mengagumi keindahan karpet akhirnya memperkenalkan benda seni itu ke kampung halaman. Sebelumnya, invasi pasukan Islam ke wilayah Eropa Timur juga telah membawa seni pembuatan karpet ini. Akhirnya, karpet menjadi semakin terkenal setelah dipopulerkan oleh Raja Prancis King Louis IX pada 1277.

Sejak saat itu, pesanaan karpet dari Eropa terus mengalir. Konsumen Eropa bahkan menginginkan desain karpet sesuai keinginan kepada seniman karpet Timur Tengah. 

Pada abad ke-15, kepemilikan atas karpet Timur Tengah sudah menjadi simbol status sosial seseorang. Para bangsawan banyak yang dilukis dengan latar belakang karpet buatan Turki. Kebutuhan karpet di Eropa juga dilatari ketidakrapian penutup lantai sehingga menimbul kan goresan pada lantai.

Manuskrip di Istana Lambeth di London yang berjudul “The Dictes and Sayings of the Philosophers” melukiskan Raja Edward ke-4 (1461-1483) sedang duduk di ruangan yang penuh penutup lantai tidak rapi berwarna hijau terang. Penutup lantai itu kemudian diganti setiap hari atas perintah Cardinal Wolsey. Pada 1570, akhirnya industri penenunan karpet diperkenalkan di Inggris untuk menggantikan karpet Persia yang mahal.

Pada abad ke-16, industri karpet mulai tumbuh di Cina selama Dinasti Manchu, atau dikenal de ngan Dinasti Qing. Sebaliknya, industri karpet maju pesat di masa Di nasti Safawi di Persia. Salah satu mahakarya saat itu adalah karpet Ardabil yang ditaburi berbagai macam perhiasan. Karpet itu kini disimpan di Museum Albert dan Victoria di London.

Namun, kejayaan karpet Persia sempat mengalami redup saat terjadi invasi Bangsa Afghan pada 1722. Selanjutnya, seni karpet dilanjutkan oleh Akbar, penguasa Dinasti Moghul di India dengan membawa penenun Persia dari wila yah Kashan, Isfahan, dan Kerman. 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement