Kamis 01 Dec 2022 11:17 WIB

Mendag AS Sebut tak Berniat Putuskan Hubungan Ekonomi dengan China

China adalah pasar ekspor terbesar ketiga AS.

ARSIP - Dalam foto arsip 5 Mei 2021 ini, Wakil Presiden Kamala Harris, kiri, dan Menteri Perdagangan Gina Raimondo. Mendag AS Sebut tak Berniat Putuskan Hubungan Ekonomi dengan China
Foto: AP/Andrew Harnik
ARSIP - Dalam foto arsip 5 Mei 2021 ini, Wakil Presiden Kamala Harris, kiri, dan Menteri Perdagangan Gina Raimondo. Mendag AS Sebut tak Berniat Putuskan Hubungan Ekonomi dengan China

IHRAM.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan Amerika Serikat akan terus menekan China untuk mengatasi praktik ekonomi yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan AS. Namun, ia tetapi tidak bermaksud untuk memutuskan hubungan ekonomi dengan negara Asia itu, Rabu (30/11/2022).

Meski mengecam Beijing atas dukungan finansial besar-besaran kepada perusahaan-perusahaan China dan dugaan pencurian kekayaan intelektual AS, Raimondo mengatakan dalam pidatonya di Massachusetts Institute of Technology, "Kami tidak berusaha dengan cara apa pun untuk memisahkan ekonomi kami dari ekonomi China".

Baca Juga

"Kami ingin mempromosikan perdagangan dan investasi di bidang yang tidak mengancam keamanan nasional atau nilai-nilai hak asasi manusia kami," ujarnya.

Raimondo mencatat China adalah pasar ekspor terbesar ketiga AS dan ekspor tersebut secara langsung mendukung 750 ribu pekerjaan di AS. Pada konferensi pers di Bucharest, Rumania, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga menegaskan kembali posisi pemerintahnya yang"tidak ingin memisahkan ekonomi AS (dari China) dan tidak ingin berkonflik dengan China karena persaingan yang kian tajam di bidang militer, ekonomi, teknologi dan bidang lainnya.

Pernyataan para pejabat AS itu disampaikan ketika pemerintahan Presiden AS Joe Biden terus memperketat pembatasan akses China ke teknologi mutakhir seperti semikonduktor. Pada Oktober, Departemen Perdagangan AS meluncurkan serangkaian kendali ekspor pada produk cip canggih tertentu yang dapat digunakan oleh Beijing untuk melatih sistem kecerdasan buatan dan menjalankan aplikasi mutakhir di bidang militer dan pengawasan.

Raimondo mengatakan selama 50 tahun terakhir, AS berkomitmen pada gagasan bahwa keterlibatan ekonomi dengan China akan melayani kepentingan bersama. Pertama, sebagai penyeimbang Uni Soviet dan kemudian sebagai pintu gerbang menuju kemitraan politik dan ekonomi yang lebih erat.

"Tapi sekarang, jelas China mengambil jalan yang berbeda," katanya.

Raimondo mengatakan aspek yang mungkin paling mengganggu dari China adalah percepatan upayanya menyatukan kebijakan ekonomi dan teknologi dengan ambisi militernya. Ia mengatakan AS bermitra dengan para sekutunya untuk memajukan nilai-nilai bersama dan membentuk lingkungan strategis di mana China beroperasi, termasuk melalui kelompok-kelompok seperti Quad.

Quad adalah kemitraan antara AS dan tiga negara besar lain di kawasan Indo-Pasifik, yakni Jepang, Australia dan India. Sementara itu, Blinken mengatakan dalam wawancara dengan CNN di Rumania, bahwa tujuan utama dari rencana perjalanannya ke China awal tahun depan adalah untuk melanjutkan komunikasi kedua negara setelah pertemuan antara Presiden Biden dan Presiden China Xi Jinping baru-baru ini di Bali, Indonesia.

Dua negara ekonomi terbesar di dunia itu tidak hanya diharapkan dapat mengelola hubungan mereka secara bertanggung jawab tetapi juga menjajaki kerja sama di bidang apa pun yang memungkinkan, katanya.

"Terserah China untuk memutuskan apakah ingin berpartisipasi dalam kerja sama semacam itu pada hal-hal penting seperti iklim, kesehatan global, dan lingkungan makroekonomi tempat kita semua hidup saat kita mencoba mengatasi Covid-19 dan mengejar pemulihan ekonomi," kata Blinken, menurut transkrip yang dirilis Departemen Luar Negeri AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement