Rabu 14 Dec 2022 20:48 WIB

Ragam Seni Pembuatan Kaca di Dunia Islam

Seniman pembuat kaca di Mesir dan Suriah membuat kaca atau dengan dilapisi warna.

Fawanis, miniatur lampu tradisional, dijual di jalanan Kairo, Mesir, jelang Ramadhan.
Foto: EPA/Amel Pain
Fawanis, miniatur lampu tradisional, dijual di jalanan Kairo, Mesir, jelang Ramadhan.

IHRAM.CO.ID, Sejarah mencatat, sejak abad ke-9 M, seni pembuatan kaca di dunia Islam sudah menemukan bentuknya dan mulai berani tampil beda. Laiknya pembuatan keramik, dekorasi arsitektur dan barang-barang dari kayu, seni pembuatan gelas atau kaca era kekuasaan Dinasti Abbasiyah mulai menampakkan rasa serta nilai-nilai seni Islam..

Meski proses imitasi dari gelas Romawi masih berlangsung, namun para seniman Muslim mulai mengembangkan pembuatan kaca serta gelas dengan corak dan gaya artistik yang khas, yakni menonjolkan nilai-nilai keislaman. Elif Gokcidge dalam tulisannya bertajuk Fragile Beauty Islamic Glass, ciri khas teknik utama pembuatan gelas atau kaca pada periode itu adalah kaca dekorasi relief-cutdengan teknik cold-cut. Para seniman Muslim mencoba menampilkan efek cameo(batu berharga yang latar belakangnya berwarna lain). Selain itu, kaca yang dibuat juga sudah memiliki dua lapis warna berbeda. Corning Ewer merupakan salah satu kaca cameo yang sangat Indah yang diciptakan para seniman Muslim.

Baca Juga

Memasuki abad ke-11 M, barang pecah belah yang berwarna-warni serta dilapisi hiasan mulai menjadi trend di dunia Islam. Hiasan dalam kaca atau gelas pada era itu tak hanya dicetak namun juga sudah dipahat. Motif bunga-bunga serta gambar hewan dan manusia menjadi ciri khas hiasan pada kaca atau gelas di abad itu..

Salah satu pencapaian yang terpenting dalam sejarah pembuatan kaca atau gelas di dunia Islam terjadi pada abad ke-13 M. Kala itu, secara mengejutkan para seniman pembuat kaca di Mesir dan Suriah sudah mempu membuat kaca atau dengan dilapisi warna-warna polychrome untuk pertama kalinya..

Teknik membuat gelas atau kaca ini dilakukan dengan mengecat kaca dengan kuas dan kemudian membakarnya selama beberapa kali. Pembakaran secara berulang dilakukan untuk mendapatkan warna yang diinginkan. Jenis warna yang akan muncul pada gelas itu ditentukan struktur pigmen bahan kimia yang digunakan..

Di abad ke-14, terjadi perubahan pada cita rasa artistik kaca atau gelas Islam. Pola serta corak bunga-bunga dan geometrisnya lebih menonjol. Hal itu sangat tampak dari beragam perabotan pecah-belah yang dihasilkan pada era kekuasaan Dinasti Mamluk yang berkuasa di wilayah Mesir dan Suriah. Cita rasa artistik gelas serta kaca yang lebih menonjolkan corak flora dan geometris itu tampak pada lampu gantung, vas bunga, serta botol-botol yang diproduksi saat itu..

Peradaban Barat mulai terpikat dengan produk gelas serta kaca Islam ketika terjadi Perang Salib. Para serdadu dan petinggi Tentara Perang salib dengan bangga membawa gelas porselen dari Yerusalem sebagai buah tangan ke negeri asalnya. Mereka menyimpan produk gelas serta kaca yang dibuat para seniman Islam itu di gereja dan tempat-tempat khusus..

Mulai abad ke-14 M, para seniman Barat, khususnya di Venicia mulai belajar membuat gelas atau kaca sendiri. Beragam produk pecah belah yang dihasilkan seniman Muslim menjadi inspirasi bagi para seniman Barat. Selain itu, seniman di Venicia juga diuntungkan dengan kemudahan mendapatkan bahan baku pembuatan gelas yang berkualitas yang diimpor dari Mesir dan Suriah..

Industri barang pecah belah berkualitas yang dihasilkan dunia Islam hanya mampu bertahan hingga abad ke-17 M. Seiring meredupnya kejayaan pemerintahan Islam, seni pembuatan barang pecah-belah mulai diambil-alih peradaban Barat.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement