IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Saat ini tempat-tempat penginapan (hotel) di Makkah dan Madinah susah didapatkan dan jika pun ada mahal harganya. Sekretaris Jenderal Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Farid Aljawi mengatakan, kondisi ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah penyelenggaraan ibadah umroh.
"Pertama kali dalam sejarah hotel bisa penuh di semua taraf dan susah didapat disemua taraf," kata Farid saat menyampaikan kondisi terkini di Arab Saudi kepada Republika terkait hotel yang susah didapat dan harganya sangat mahal belum lama ini.
Kondisi ini dikeluhkan penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah (PPIU) dan jamaah seluruh dunia. Karena meski sudah pesan sejak jauh-jauh hari penginapan untuk jamaah belum tentu bisa didapatkan.
Farid mengatakan, susahnya mendapat hotel menjadi fenomena yang sedang terjadi di Makkah dan Madinah. Semua level hotel mulai dari bintang rendah sampai tinggi susah didapatkan.
"Susah didapat mulai bintang terendah sampai bintang lima, pengakuan hotel semua full booked," katanya.
Farid memastikan yang request hotel di bulan November belum tentu bisa mendapatkan hotel di bulan Desember. Semua hotel naik sampai 300 persen untuk mengejar berpotensi high season extreme yang alam berlanjut sampai bulan Januari.
"Kenaikan harga yang melambung hingga 300 persen," katanya.
Farid mengatakan, berdasarkan analisanya, ada tiga penyebab kenapa hotel di Makkah dan Madinah menjadi mahal dan sudah didapatkan. Pertama karena ditutupnya umroh haji selama pandemi yang terjadi selama dua tahun.
"Sehingga membludak saat ini," katanya.
Kedua, kegembiraan pesta tahunan piala dunia tahun 2022 pada November dan Desember di Qatar, membuat kedatangan umroh meningkat dan ketiga, kuota group untuk hotel berkurang menjadi tinggal 70 persen.
Penyebab lainnya, lanjut Farid, adalah soal tidak adanya kontrak antara Pemerintah Arab Saudi dengan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umroh (PPIU) dalam sewa menyewa hotel.
"Tidak ada kontrak. Bukan Saudi yang melanggar kontrak," kata Farid.
Namun, kondisi ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang menginginkan keuntungan besar namun merugikan pihak lain. Karena akhir tahun menjadi momennya umat Islam melaksanakan ibadah umroh.
"Karena (hotel) itu dipegang oleh broker-beroker yang memanfaatkan keadaan," katanya.
Meski demikian, dia tidak menyebut broker-broker yang memanfaatkan keadaan tersebut. Namun yang pasti, saat ini tempat-tempat penginapan (hotel) di Makkah dan Madinah susah didapatkan dan jika pun ada mahal harganya.
Farid mengatakan, ada empat solusi yang ditempuh penyelenggara dan jamaah. Pertama melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat dengan cara baik baik dengan jamaah.
"Alhamdulillah kebanyakan jamaah memahami kondisi yang ada," katanya.
Kedua, penambahan biaya sesuai yang disetujui jamaah.
Ketiga, perubahan hotel baik setaraf atau downgrade karena kebanyakan hotel full booked.
Keempat, perubahan jadwal misalnya yang semestinya ke Makkah ke Madinah dulu dan sebaliknya. Bahkan ada yang sebelum ke Madinah ke Thaif dulu menginap.
"Semoga semua penyelenggara dan jamaah diberi kemudahan dan kelancaran dalam melaksakan ibadah umroh," katanya.