Selasa 31 Jan 2023 09:00 WIB

Ketum PERDOKHI: Pembinaan Kesehatan Haji Perlu Inovasi

Pembinaan kesehatan haji harus terstruktur dan terukur.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Ketum PERDOKHI: Pembinaan Kesehatan Haji Perlu Inovasi. Foto: Petugas kesehatan mengambil darah calon haji untuk dites, di Asrama Haji Embarkasi Surabaya, di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (6/7/2019).
Foto: Antara/Didik Suhartono
Ketum PERDOKHI: Pembinaan Kesehatan Haji Perlu Inovasi. Foto: Petugas kesehatan mengambil darah calon haji untuk dites, di Asrama Haji Embarkasi Surabaya, di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (6/7/2019).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (PERDOKHI), Syarief Hasan Lutfie menjelaskan, tingginya angka kunjungan rawat jalan dan rawat inap di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dan Madinah menjadi salah satu faktor pentingnya pembinaan kesehatan calon jamaah haji. Namun, dokter Syarief melihat pembinaan kesehatan haji Indonesia belum maksimal.

Menurut dia, pembinaan di Tanah Air masih perlu dilakukan secara terukur dan terstruktur. Bahkan, perlu ada inovasi dan kolaborasi dengan kementerian terkait, seperti Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, maupun dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Baca Juga

"Pada masa tunggu keberangkatan ibadah haji yang lama, sebenarnya ada peluang dan inovasi baru untuk memajukan ekonomi masyarakat sekitar," ujar dokter Syarief kepada Republika.co.id, Selasa (31/1/2023).

Menurut dia, selama masa pembinaan kesehatan dapat diselipkan wisata religi untuk calon jamaah haji dan umrah yang bekerjasama dengan pelayanan kesehatan setempat. Menurut dia, inovasi ini nantinya juga dapat menggali potensi UKM rakyat setempat, karena frekuensi pembinaan manasik haji yang kontinyu dan jumlah calon jamaah haji dan umrah yang tinggi.

"Jadi selama masa tunggu yang lama, pemerintah bisa melakukan inovasi baru untuk meningkatkan destinasi wisata daerah religi di daerah, terutama daerah yang menjadi embarkasi di dalam keberangkatan haji. Misalnya, di embarkasi Jawa Barat ada wisata religi Sunan Gunung Jati yang memang menarik untuk digali," ucapnya.

Kemudian, lanjut dia, di tempat wisata itu juga bisa menggali potensi ekonomi kreatif, termasuk bagaimana membudidayakan kerajinan masyarakat sekitar seperti peralatan ibadah hajinya maupun kearifan lokalnya. Kemudian bisa dimunculkan juga virtual intelegence dari masing-masing wisata daerah ini untuk menggali dan mengenali lebih jauh mengenai sejarah keislaman dan karakteristik kekuatan budayanya, sehingga calon jamaah haji bisa memiliki nasionalisme yang kuat.

Salah satu contoh destinasi wisata religi yang juga dapat dipromosikan kepada calon Jemaah haji dan umrah adalah Masjid Demak. Masjid Demak adalah salah satu warisan peninggalan sejarah budaya Islam yang terkenal di Indonesia. Maka itu, untuk calon jamaah haji dan umrah yang menjalani pembinaan selama masa tunggu di daerah sekitar Demak dapat berkunjung ke Masjid Demak.

"Wisata religi ini dapat dijadikan program yang terintegrasi dengan pembinaan kesehatan. Calon jamaah haji dan umrah dapat mempelajari sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia dan budaya setempat melalui program ini," kata dokter Syarief.

Maka dari itu, tambah dia, dalam masa tunggu perlu adanya kolaborasi pembinaan jamaah haji untuk menggali potensi-potensi yang ada, baik Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, maupun Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

"Secara khusus, PERDOKHI juga ingin mengajak Kemenparekraf untuk turut bekerjasama mewujudkan proyek ini. Ide dari proyek ini membutuhkan langkah-langkah konkret yang dapat diwujudkan oleh kedua belah pihak," jelas dokter Syarief.

Dia menambahkan, pembinaan haji sebenarnya tidak hanya masalah ritual-ritual keagamaan saja, tapi juga bisa melibatkan wisata religi dan melibatkan ekonomi masyarakat sekitar. "Jadi calon jamaah tidak hanya perlu dibekali pengetahuan agama, tapi juga pengetahuan budaya lokalnya, sehingga setiap jamaah bisa mengenal identitias dirinya dan tidak mudah terpengaruh oleh budaya luar," tutupnya.

Dokter Syarief sendiri baru saja terpilih sebagai Ketua Umum PERDOKHI periode 2023-2026. Dokter spesialis ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi ini juga merupakan dosen di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mantan Direktur Utama Rumah Sakit Haji Jakarta.

Dokter Syarief akan dilantik sebagai Ketua Umum PERDOKHI di Jakarta pada 5 Februari 2023 mendatang. Acara ini juga akan menghadirkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sebagai pembicara kunci. Gus Menteri akan memberikan paparan tentang kolaborasi pembinaan kesehatan dengan Kementerian Agama yang dilakukan dalam masa tunggu.

"Acara ini diharapkan dapat menjadi awal dari kerjasama antara PERDOKHI dan kemeterian terkait untuk memberikan kontribusi ke masyarakat di bidang kesehatan haji," kata dokter Syarief.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement