Jumat 09 Aug 2019 18:18 WIB

Kenangan Jelang Puncak Haji: Ke Mina Membawa Ember!

Masa puncak haji adalah menegangkan sekaligus mengasyikan untuk dikenang.

Sejumlah jamaah haji asal Riau dan Batam, bersiap berangkat menuju Arafah, di Makkah, Jumat (9/8). Seluruh jamaah haji pada Jumat ini sudah harus meninggalkan Makkah menuju Arafah, Muzdalifah dan Mjna untuk mengikuti puncak haji.
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Sejumlah jamaah haji asal Riau dan Batam, bersiap berangkat menuju Arafah, di Makkah, Jumat (9/8). Seluruh jamaah haji pada Jumat ini sudah harus meninggalkan Makkah menuju Arafah, Muzdalifah dan Mjna untuk mengikuti puncak haji.

Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Traveler dan Penulis Buku

Hari ini delapan Dzulhijah. Saya bisa membayangkan, suasana di Mekkah pastilah riuh sejak dini hari tadi. Jutaan orang tumpah ruah ke jalan raya, mondar-mandir dengan urusan masing-masing.

Saya masih bisa mengingat dengan jelas, setiap momennya. Supermarket buka 24 jam. Apa pun yang dijual diserbu pembeli. Rak-rak berpendingin yang biasanya disesaki buah dan sayur tampak kosong melompong.

Bus-bus ukuran besar dan kecil yang terparkir di depan hotel mulai dimuati berbagai barang bawaan. Barang-barang jamaah dari Afrika sepertinya paling meriah. Segala karpet hingga dandang berukuran besar-besar ditumpuk di atap bus.

Beberapa penumpang yang tidak kebagian tempat di dalam bus, asyik saja nongkrong di atap, sekalipun hanya mengenakan dua lembar kain ihram!

Gambar mungkin berisi: luar ruangan

Persis pemandangan KRL Jabodetabek di pagi hari sepuluh tahun lalu. Suara klakson bersahutan di jalan raya. Meriah sekali.

Ya, semua sedang bersiap untuk puncak ritual haji. Perjalanan ke Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina).

Bagi yang memilih tarwiyah, maka sejak 8 Dzulhijjah sudah berada di Mina. Namun bagi yang tidak, langsung menuju Arafah.

Jamaah akan melaksanakan wuquf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Lalu menuju Muzdalifah untuk mabit, mengambil kerikil, dan melanjutkan perjalanan ke Mina untuk melaksanakan jumrah.

Arafah-Mina adalah kota yang hanya hidup selama 5 hari itu. Selebihnya kosong melompong tak berpenghuni.

Di puncak prosesi haji, jalanan yang sepanjang tahun kosong itu mendadak aksesnya menjadi macet parah. Karenanya, waktu tempuh harus benar-benar diperhitungkan.

Sebab kalau sampai terlambat masuk Arafah, maka artinya ia tak mengikuti wuquf alias tidak sah hajinya. Seperti tersebut dalam hadist “Haji itu adalah wukuf di Arafah.” (HR Nasai dan Tirmidzi).

Tidak semua negara mengurus jamaah hajinya. Seperti yang terjadi pada jamaah dari Afrika. Akibatnya, mereka harus membawa banyak barang untuk keperluan selama 5 hari itu.

Ini berbeda dengan jamaah dari Asia Tenggara termasuk Indonesia yang mendapat pelayanan dari Muasasah Asia Tenggara yang menjadi bagian dari ONH yang dibayarkan.

Selama berada di Armina, jamaah Indonesia mendapat katering 3 kali sehari, plus makanan ringan yang banyak dikirim atas nama fii sabilillah.

Singkatnya jamaah tinggal membawa tas kecil berisi keperluan selama 5 hari itu, selebihnya konsentrasi ibadah saja.

Meski demikian ada juga satu-dua jamaah yang ngeyel membawa barang-barang pribadi yang sebetulnya merepotkan.

Seperti salah satu jamaah dari rombongan saya. Sejak diminta untuk bersiap di loby, saya lihat ibu ini repot menenteng ember kesana-kemari.

Tadinya saya pikir, dia belum selesai dengan keperluannya. Mungkin masih mau mengangkat jemuran atau ke kamar mandi yang membutuhkan ember.

Sampai semua bersiap, embernya tetap dipegang erat. Rupanya tidak hanya saya yang memerhatikan, salah seorang muthawif juga melihatnya, "Ibu, untuk apa membawa ember?" tanyanya.

Dengan polos ia menjawab, "Saya perlu, Pak, saya tidak bisa mandi memakai shower, saya harus gebyar-gebyur," jawabnya polos sambil memeragakan orang mandi memakai gayung.

Oalah! Muthawif hanya bisa tersenyum, "Ya sudah, yang penting tidak merepotkan, ibu," lanjutnya.

"Enggak, Pak, enggak, repot," jawabnya buru-buru seakan takut kalau diminta meninggalkan embernya!

Fii amanillah ya Dzuyufurrahman. Selamat mengikuti prosesi teragung dalam hidup manusia: menikmati jamuan wuquf di Arafah.

Jakarta, 9/8/2019

Tulisan dan foto-foto ini telah dipublikasikan di www.uttiek.blogspot.com dan akun media sosial @uttiek_mpanjiastuti

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement