Senin 09 Sep 2013 22:00 WIB

Kisah Selimut Ka'bah

Kiswah lama diangkap, siap diganti yang baru
Foto: .
Kiswah lama diangkap, siap diganti yang baru

REPUBLIKA.CO.ID, Rumah Allah SWT, Ka’bah, selalu terlihat cantik dengan kain penutup warna hitam yang dihiasi kaligrafi warna keemasan. Kain tersebut biasa disebut kiswah. Sayangnya, sejarah kain penutup Ka’bah ini tak banyak diketahui orang.

Kain hitam itu dipasang  melindungi dinding Ka’bah dari kotoran, debu, serta panas yang dapat membuat bangunan Ka’bah tersebut cepat rusak. Selain itu, kiswah juga berfungsi sebagai hiasan agar Ka’bah terlihat indah. Kiswah sendiri berasal dari kata kasa yaksu yang artinya ‘memakai’.

Mengenai sejarahnya, ada yang menyebutkan bahwa penggunaan kiswah untuk menutupi bangunan Ka’bah, sebenarnya sudah dilakukan sejak Nabi Ibrahim AS membangun kembali Baitullah. Namun, ada juga yang mengatakan kiswah mulai dipasang pada masa kepemimpinan Raja Himyar Asad Abu Bakr dari Yaman.

Pada masa Qusay ibnu Kilab, salah seorang leluhur Nabi Muhammad yang terkemuka, pemasangan kiswah pada Ka’bah menjadi tanggung jawab masyarakat Arab dari suku Quraisy. Sedangkan pada masa Rasulullah SAW, Rasulullah sendiri yang memasang kiswah ke Ka’bah. Kebiasaan ini kemudian diteruskan oleh para khalifah selanjutnya.

Pada era Kekhalifahan Abbassiyah, Khalifah ke-4 al-Mahdi memerintahkan supaya kiswah dibuat dari kain sutra Khuz. Pada masa pemerintahannya, kiswah didatangkan dari Mesir dan Yaman.

Selanjutnya, setelah Kekhalifahan Abbasiyah runtuh, Raja Shaleh Ismail Qalawun yang berkuasa membangun tiga perkampungan sebagai tempat perajin tenun sutra untuk membuat kain kiswah. Selanjutnya, pada 947 H, Pangeran Salin Khan al-Ustmani membangun menambah perkampungan tersebut menjadi tujuh.

Namun kemudian, penguasa Mesir mendapat mandat untuk membuat kiswah. Pembuatan kiswah di Mesir ini berlangsung sejak Mesir di bawah kekuasaan  Sultan Sulaiman sekitar tahun 950 H hingga pemerintahan Muhammad Ali Pasya sekitar akhir tahun 1920.

Setiap tahun, kiswah-kiswah indah yang dibuat di Mesir itu diantar ke Makkah melalui jalan darat dengan menggunakan tandu indah yang disebut mahmal. Kiswah beserta hadiah-hadiah lain di dalam mahmal, datang bersamaan dengan rombongan haji asal Mesir yang dikepalai oleh seorang amirul hajj.

Dari Mesir, setelah upacara serah terima, Mahmal yang dikawal tentara Mesir berangkat ke terusan Suez dengan kapal khusus hingga ke pelabuhan Jeddah. Setibanya di Hijaz, mahmal diarak dengan upacara yang sangat meriah hingga menuju Makkah.

Namun, pada saat Perang Dunia I meletus, pengiriman kiswah dari Mesir pernah terlambat hingga awal bulan Dzulhijjah. Melihat situasi yang kurang baik, penguasa Kerajaan Arab Saudi, Raja Abdul Asus bin Saud (pendiri Kerajaan Arab Saudi), mengambil keputusan untuk membuat kiswah sendiri.

Setelah Perang Dunia I berakhir, Raja Farouq I dari Mesir sebenarnya berupaya agar kiswah bisa tetap dibuat di Mesir.  Namun melihat berbagai kondisi pada saat itu, pemerintah Kerajaan Arab Saudi tetap memutuskan membuat pabrik kiswah sendiri.

Saat itu, pabrik kiswah tersebut dibangun di Kawasan Ummul Jud, Makkah, yang kini merupakan kawasan elite di Makkah. Sejak itu, kiswah selalu dibuat sendiri oleh pemerintah Arab Saudi.

Pembuatan kiswah di Saudi terjadi pada Muharam 1346 H di zaman Al-Malik Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al-Saud. Sebelumnya, kiswah dibuat di beberapa negara, seperti India dan Mesir.

Setiap tahun, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi selalu mengganti selimut Ka'bah (kiswah) dengan selimut yang baru. Selimut lama yang pernah melindungi Ka'bah sepanjang tahun akan diletakkan di museum khusus yang terletak di Umm Al-Jude, kawasan Syumaisi, Makkah.

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement