REPUBLIKA.CO.ID, PONDOK GEDE -- Kisah jamaah haji asal Surabaya yang kedapatan membawa 1 kilogram ikan teri menjadi perhatian petugas kesehatan Haji. Di antara jamaah, ada juga yang kedapatan membawa telur asin yang disembunyikan dalam rice cooker. Namun, tindakan seperti itu akhirnya ketahuan petugas karena telor asin yang dibawa pecah sehingga menyebarkan bau yang tak sedap.
Dari kasus itu, jamaah haji diharapkan tidak membawa yang makanan yang aneh-aneh. Kepala Bidang Pengendalian Resiko Lingkungan Asrama Haji Pondok Gede, Sutjipto mengatakan, seluruh fasilitas dan konsumsi jamaah sudah dipersiapkan sedemikian rupa oleh petugas PPIH di Arab Saudi. Walaupun tidak membawa makanan apa-apa dari tanah air, dijamin jamaah haji tidak akan kekurangan makan selama perjalanan haji.
Sutjipto menghimbau mengatakan, jamaah haji dihimbau untuk tidak membawa masakan yang mudah busuk. "Jamaah kita himbau agar jangan membawa masakan yang tidak memiliki masa expired yang jelas. Seperti memasak rendang, telor asin, dan masakan rumahan lainnya," jelasnya kepada Republika, Rabu (18/9) di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur.
Dikhawatirkan, makanan tersebut malah akan berdampak sebagai racun bagi jamaah. Ia mengkhawatirkan jika jamaah tetap memakan makanan yang sudah hampir basi itu.
Di samping mengimbau tidak membawa makanan yang bersifat masakan rumahan, jamaah juga diimbau untuk tidak membawa rokok ke Tanah Suci. Ia sendiri mendapati jamaah yang membawa rokok berbungkus-bungkus di dalam koper mereka. Alasannya, mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak merokok sementara rokok lokal tidak dijual di Arab Saudi.
Menurut Sutjipto, suatu kesempatan baik jika jamaah haji mau melatih diri untuk berhenti merokok selama haji. Karena ibadah haji membutuhkan fisik yang sehat dan bugar, alangkah baiknya tidak meracuni diri dengan rokok. "Namun hal ini masih sebatas himbauan kepada jamaah. Kita belum bisa menyita rokok mereka karena dari peraturan sendiri belum ada," ujarnya.