REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Ngajiran (53 tahun), jamaah haji asal Kloter 7 Embarkasi Surabaya yang menghilang sejak prosesi mabit atau bermalam di Mina, telah ditemukan dalam keadaan wafat, Rabu (23/10). Pencarian Ngajiran terhenti di Rumah Sakit King Faisal, Makkah.
Menurut Kepala Daker Makkah Arsyad Hidayat, Ngajiran menghilang sejak tanggal 18 Oktober pukul 23.00 waktu Saudi. Ngajiran memang sakit muntah darah saat berada di pemondokan, yang lalu dibawa ke Mina Emergency di daerah Mina saat itu. Namun sekitar pukul 07.27 esok harinya, Ngajiran wafat lantaran sakit yang diderita di Rumah Sakit Aljisr. Ngajiran kemudian dirujuk ke RS King Faisal.
Sedangkan, petugas kloter yang ingin menjenguk Ngajiran pada pagi harinya terkejut karena jamaah asal Bojonegoro itu sudah tidak ada di Mina Emergency karena sudah bubar. Mina Emergency bersifat sementara, melayani jamaah haji saat prosesi mabit dan jumrah di Mina saja.
Almarhum ditulis sebagai warga negara Malaysia karena saat meninggal tidak ada yang menyertai. Petugas kloter yang mengantar Ngajiran saat awal sakit juga tidak tidak diberi rekam medis sehingga saat mendatangi rumah sakit kembali kesulitan karena ketiadaan rekam medis itu. Perubahan identitas juga menyulitkan petugas Indonesia menyisirnya.
Kasi Pengamanan Daker Makkah Asep Abdullah memastikan itu adalah Ngajiran setelah melihat identitas gelang di tangannya. "Walau kondisinya sudah banyak berubah, tapi dari wajah dan bibirnya, kita cocokkan dengan foto awal, kita yakin itu Ngajiran," kata Asep. Arsyad telah menginformasikan penemuan almarhum ke Maktab 11 untuk proses pemakaman. Ngajiran selanjutknya dimakamkan di pemakaman Saraya.
Kloter 7 telah diberangkatkan ke Jeddah pada Selasa malam. Pukul 07.00 esok harinya telah diterbangkangkan ke Tanah Air dari Bandara Jeddah. Kloter 7 diberangkatkan tanpa Ngajiran yang saat itu belum juga diketahui keberadaannya.
"Kloter ini semula jumlahnya 444 orang, tetapi berkurang satu menjadi 443. Kemudian ditambah enam jemaah tanazul," kata petugas Sektor 2, M Amin.