Senin 08 Sep 2014 17:13 WIB

KH Ma'ruf Amin; 'Haji itu Penghambaan yang Menyenangkan' (1)

Rep: ahmad rozali/ Red: Damanhuri Zuhri
Umat Islam melaksanakan thawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo/ca
Umat Islam melaksanakan thawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menunaikan ibadah haji tidak hanya sebatas memenuhi panggilan Allah SWT. Namun lebih dari itu, haji merupakan sebuah bentuk pengakuan terhadap status kehambaan manusia terhadap Allah SWT.  Selain itu, haji merupakan bentuk pengabdian terhadap Allah, pencipta semesta Alam.

“Haji itu pengabdian dan penghambaan, Taabbudan wa Riqqoh,” ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia, Kiai Ma’ruf Amin kepada Republika, saat ditemui di Gedung MUI, Senin (8/9).

Menurut Kiai Ma’ruf, ibadah haji secara kasat mata berbeda dengan ibada wajib lainnya. Haji merupakan ibadah yang membutuhkan biaya yang mahal dengan aktivitas fisik yang tergolong berat pula.

Praktik ibadah haji seperti tawaf, mengelilingi ka’bah, sai atau lari-lari kecil antara bukit Shafa-Marwah, melempar jumrah, mabit di Muzdalifah hingga wuquf di Arafah, membutuhkan kekuatan fisik yang optimal.

Di samping itu, menunaikan ibadah haji membutuhkan biaya hingga puluhan juta Rupiah dan waktu menunggu keberangkatan hingga belasan tahun. “Namun bagi umat islam, ibadah haji itu sama sekali tidak berat,” ujar dia.

Kyai Ma'ruf mencontohkan, petani yang penghasilannya tidak banyak, rela kehilangan uang yang lama dia kumpulkan sedikit demi sedikit untuk berangkat ke Tanah Suci. Bagi umat Islam, kehilangan uang sebanyak itu untuk berangkat haji bermakna sebagai suatu pengabdian.

Selain itu, kata dia, haji bermakna sebagai silaturrahim umat Islam dari seluruh dunia. Dia menyatakan jutaan umat Islam dari berbagai negara datang ke Makkah untuk berkumpul dan beribadah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement