Sabtu 13 Sep 2014 14:53 WIB

Jadi Temus, Terpenuhi Segala-segalanya (2-habis)

Suasana Kota Makkah, Arab Saudi saat musim haji tiba.
Foto: Republika/Heri Ruslan/ca
Suasana Kota Makkah, Arab Saudi saat musim haji tiba.

Oleh: Zaky Al Hamzah

Kali pertama tiba di Jeddah, Syukur bekerja sebagai sopir pribadi seorang pemilik dealer mobil. Ia bertugas mengantarkan anak-anak pengusaha tersebut. Atas kebaikan majikan ini, Syukur menetap di kediaman majikan.

Setelah 10 tahun bekerja, majikan "membebaskan" Syukur alias boleh bekerja apa saja. Tapi, Syukur tetap diizinkan tinggal di rumah majikan. Majikan Syukur juga memiliki sikap baik karena tidak mengenakan biaya proses perpanjangan KTP sementara yang rata-rata dikenakan 2.000 riyal per orang.

Perkenalan dengan PPIH bermula saat dia ngobrol dengan teman-teman sopir asal Indonesia. Temannya memberikan brosur pendaftaran PPIH. Syukur kemudian mendaftar dan diterima. Tugas pertama adalah sopir bus yang mengantarkan petugas dari pemondokan/hotel ke bandara Jeddah.

Tahun berikutnya, dia tidak lolos sebagai petugas reguler karena tidak lolos ujian. Ujian terberat adalah ujian tulis dan pengetahuan umum bahasa Arab. "Pada 2008 saya lolos dengan ujian sama.

Tapi, pada 2009 saya tidak lolos karena pengujinya beda dan materi ujian lebih banyak," katanya. Pada 2010 hingga 2014 ini Syukur selalu lolos ujian dengan posisi sama, sopir.

Kini, tabungan yang dimiliki Syukur mencapai Rp 200 juta dan dikelola istrinya yang memutuskan menetap di Yogyakarta merawat orang tuanya. Syukur berencana pensiun sebagai petugas haji pada usia 50 tahun dan akan kembali ke Indonesia bercocok tanam bersama istri di Yogyakarta.

Kebahagiaan serupa dialami Rokib Saitungen. Meski posisinya hanya sebagai tenaga konsumsi di hotel/pemondokan tempat para petugas PPIH menginap,  bapak kelahiran Bangkalan, Madura, ini menikmati pekerjaannya.

Rokib juga merupakan mukimin di Jeddah sejak 2005, saat kali pertama mendaftar sebagai TKI. Ketertarikan bergabung sebagai petugas PPIH adalah melayani tamu-tamu Allah, berhaji gratis dan tentunya memperoleh pendapatan lebih besar daripada pendapatan di luar menjadi petugas haji.

Di luar menjadi petugas haji, pria berkumis khas orang Madura ini bekerja sebagai sopir taksi.

Selain Syukur dan Rokib, penuturan serupa saya dapatkan dari beberapa mukimin yang lolos menjadi petugas PPIH. Wajah mereka sejuk dan penuh senyum.

Senyum mereka terpancar makin terang saat melayani para tamu-tamu Allah SWT yang mendarat di bandara Jeddah. Menjadi temus (tenaga musiman) sebagai petugas PPIH memang memperoleh segala-galanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement