REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Neni Ridarineni
MAKKAH - Hasil kajian yang dilakukan pelayanan kesehatan sejak tahun 2010, sebagian besar jamaah haji Indonesia yang sakit dan wafat Akibat dehidrasi dan kekurangan kalori atau hipoglikemi.
"Hal itulah yang melatarbelakangi PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) meluncurkan Progam Gerakan Minum Zam-zam dan mengonsumsi kurma (Gemzar),'' kata Kepala Seksi Kesehatan Daker Makkah Muhammad Ilyas dalam Peluncuran Gemzar, di Pemondokan Jamaah Haji Indonesia Gedung H 03, Sabtu (13/9).
Peluncuran tersebut dilakukan Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Fidiansyah yang dilakukan dengan penyerahan secara simbolik air zam-zam dan kurma oleh Daker Makkah Endang Jumali.
Tujuan dari Gemzar adalah untuk memenuhi asupan kalori jamaah haji, baik dari sisi kebutuhan cairan maupun dari sisi kebutuhan kalori.
Dari analisis yang telah dilakukan ternyata air zam-zam mengandung zat yang disebut aquaporin yakni suatu melokul yang sangat kecil ukurannya 20 kilodalcon.
''Hal itu berfungsi membuka pori-pori dalam sel sehingga air atau zat-zat lain akan bisa masuk ke dalam sel. Menurut Ilyas, dengan adanya komponen yang ada di dalam air zam-zam maupun kurma bisa secara sinergi memberikan manfaat dalam memperbaiki metabolisme.
Di samping itu, lanjut dia, ternyata kurma mengandung suatu zat yang namanya disakarida. Sehingga kurma ini relatif aman dikomsumsi oleh penderita diabetes mellitus. Meskipun rasanya manis, tetapi tidak serta merta meningkatkan kadar gula darah.
Selanjutnya, kata dia, penelitian menunjukkan air zam-zam mampu menurunkan HbA1C yakni salah satu parameter kimia yang dipakai untuk melihat apakah penderita diabetes itu terkendali gula darahnya atau tidak. HbA1C ini akan menurun dengan mengonsumsi air zat-zam.
Di sisi lain kurma mengandung antioksidan yang disebut glutation. Dengan mengonsumsi kurma, maka penyakit tertentu seperti PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), Asma yang dialami sejak di Indonesia bisa terkendali, kata dia.
Lebih lanjut kurma memproteksi seseorang dari infeksi. Sehingga hal ini bisa meningkatkan pertahanan tubuh bagi jamaah. Karena program Gerzam belum menjadi kebijakan nasional, kata dokter spesialis paru, Gerzam ini diprioritaskan pada jamaah haji yang berisiko tinggi.