REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan minat warga di daerahnya untuk menunaikan ibadah haji tinggi, berkisar 10-20 pendaftar per hari dan tidak terpengaruh dengan jadwal keberangkatan yang harus menunggu hingga 18 tahun.
"Minat warga Bojonegoro mendaftar berangkat haji tidak terpengaruh jadwal keberangkatan yang sekarang ini harus menunggu 18 tahun," kata Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Bojonegoro Wachid Priyono di Bojonegoro, Selasa.
Saat ini, dia memperkirakan jumlah calon haji yang masuk daftar tunggu di daerahnya mencapai 19.000 calon haji yang mendaftar melalui sejumlah bank.
"Kalau perolehan kuota sekitar 1.000 calon haji per tahun berarti jadwal keberangkatan yang mendaftar sekarang bisa menunggu 18 tahun. Semua pendaftar tahu itu," katanya, menegaskan.
Ditanya penyebabnya, menurut dia, banyak faktor, di antaranya, adanya pembebasan tanah Blok Cepu di Kecamatan Ngasem dan Gayam dan Kalitidu, juga pembebasan tanah yang dimanfaatkan tanggul Bengawan Solo di Kecamatan Kanor.
Lainnya, lanjut dia, sertifikasi guru, tunjangan anggota Polri/TNI, juga lembaga instansi lainnya, serta warga yang mendaftar dengan cara menjual harta bendanya, seperti sawah, juga lainnya.
"Soal ada warga di daerah kami yang mendaftar ke lain daerah dengan harapan agar bisa berangkat lebih cepat juga ada. Tapi pola seperti itu kurang pada tempatnya, sebab harus mengubah kartu tanda penduduk (KTP), yang berarti ada sesuatu yang direkayasa," ungkapnya.