Selasa 16 Sep 2014 17:53 WIB

Kemenag Klarifikasi Soal Mahrom Jamaah Haji (1)

Suasana di Bandara King Abdul Aziz Jeddah
Foto: Arab News
Suasana di Bandara King Abdul Aziz Jeddah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zaky Al Hamzah

22 jamaah haji khusus perempuan juga ditahan berjam-jam di Bandara Dubai.

JEDDAH -- Persoalan mahrom (pendamping) jamaah haji perempuan Indonesia mendapat perhatian Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI). Kemenag melayangkan surat klarifikasi kepada sejumlah maskapai penerbangan dan Imigrasi Arab Saudi.

Surat dengan kop Kemenag RI tersebut ditandatangani Dirjen Penyelenggara Ibadah Haji dan Umrah (PHU) Kemenag, Abdul Djamil.

Dalam surat yang salinannya diterima Republika tersebut dijelaskan tentang perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi dalam hal pelaksanaan ibadah haji.

Surat dikirimkan Senin (15/9) kemarin ke sejumlah maskapai penerbangan yang mengangkut jamaah haji Indonesia, baik reguler maupun khusus, seperti Garuda Indonesia, Saudia Airlines, Emirates Airlines, serta penerbangan lainnya.

"Untuk (jamaah yang menjalankan ibadah) haji, tidak harus ada mahromnya. Jadi seharusnya sudah tidak ada lagi masalah dan pertanyaan soal mahrom di imigrasi (bandara)," kata Kepala PPIH Daerah Kerja (Daker) Jeddah, Ahmad Abdullah Yunus, dihubungi di Jeddah, Senin (15/9) sore waktu Arab Saudi (WAS).

Selain ke sejumlah maskapai penerbangan, surat tersebut juga dikirimkan ke Imigrasi Arab Saudi per Senin kemarin.

Tidak cuma di Arab Saudi, urusan mahrom juga jadi masalah di Imigrasi Dubai, saat 22 jamaah haji perempuan dari rombongan jamaah calon haji khusus transit di negeri itu.

Ke-22 jamaah haji khusus perempuan tersebut tertahan berjam-jam karena urusan mahrom di Bandara Dubai.

Laporan tertahannya 22 jamaah haji khusus perempuan ini diperoleh dari biro perjalanan haji khusus Indonesia yang menyampaikan laporan kepada Kepala Seksi Pengendali Penyelenggara Ibadah Haji Khusus PPIH Daker Jeddah, Cecep Nursyamsi.

Abdullah menjelaskan, dalam pengurusan visa haji, jamaah haji Indonesia --termasuk perempuan-- tidak ada persyaratan soal mahrom.

"Makanya saya merasa aneh, waktu mendengar ada jamaah haji perempuan yang ditahan gara-gara urusan mahrom," ujar Kadaker Jeddah yang sudah 10 tahun menjadi petugas pelayanan haji di Arab Saudi ini.

Dalam aturan kerja sama kedua negara juga disebutkan, dalam hal perempuan beribadah haji secara sendiri diperbolehkan asalkan bersangkutan dimahromi jamaah haji lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement