Selasa 16 Sep 2014 22:49 WIB

Cobaan itu Datang di Ibadah Haji Terakhir (2-Habis)

Rep: c60/ Red: Agung Sasongko
Kiai Ma'ruf Amin
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kiai Ma'ruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, Kiai Ma’ruf memahami, kehidupan bukan pertanda kekuatan. Namun hidup pada dasarnya adalah pemberian. “Haji itu penyerahan dan Penghambaan” kata Kiai Ma’ruf.

Menurut dia, menunaikan ibadah haji tidak hanya sebatas memenuhi panggilan Allah. Namun lebih dari itu, haji merupakan sebuah bentuk pengakuan terhadap status kehambaan manusia terhadap Allah SWT. Selain itu, haji merupakan bentuk pengabdian terhadap Allah, pencipta semesta Alam.

“Haji itu pengabdian dan penghambaan, Taabbudan wa Riqqoh,” ujar Ketua MUI ini.

Menurut Kiai Ma’ruf, ibadah haji secara kasat mata berbeda dengan ibada wajib lainnya. Haji merupakan ibadah yang membutuhkan biaya yang mahal dengan aktivitas fisik yang tergolong berat pula. “Tanpa penyerahan diri yang utuh, akan sulit melaksanakan haji,” kata Kiai Ma’ruf.

Praktik ibadah haji seperti thawaf mengelilingi ka’bah, sai atau lari-lari kecil antara bukit shafa-marwah, melempar jumroh, mabit hingga wuquf di Arafah membutuhkan kekuatan fisik yang optimal. Di samping itu, menunaikan ibadah haji membutuhkan biaya hingga puluhan juta rupiah dan waktu menunggu keberangkatan hingga belasan tahun.

“Namun, bagi umat islam yang taat, ibadah haji itu sama sekali tidak berat,” ujar dia.

Dia mencontohkan, petani yang penghasilannya tidak banyak, rela kehilangan uang yang lama dia kumpulkan sedikit demi sedikit untuk berangkat ke tanah suci. Bagi umat Islam, kehilangan uang sebanyak itu untuk berangkat haji bermakna sebagai suatu pengabdian.

Selain itu, kata dia, haji bermakna sebagai silaturrahmi umat Islam dari seluruh belahan dunia. Dia menyatakan jutaan umat Islam dari berbagai negara datang ke Makkah untuk berkumpul dan beribadah.

Menurut Kiai Ma’ruf, perintah haji merupakan perintah allah sejak zaman Nabi Ibrahim. “Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk memanggil manusia untuk berhaji. Lalu Nabi Ibramim menawab, mereka akan mendatangi Engkau dengan cara berjalan kaki, dan menaiki kendaraan,” jelas Kiai Ma’ruf.

Setiap tahun, berjuta orang berondong-bondong ke makkah untuk berhaji. Kiai Amin menyatakan, jika ditambah dengan jumlah umat islam yang datang untuk umroh di bulan lain, maka akan sulit untuk memastikan jumlah sebenarnya.

Lebih dari itu, beribadah haji merupakan aktvitas yang membahagiakan. Rasa bahagia yang dirasakan oleh umat islam dalam menjalankan ibadah haji dikarenakan panggilan Tuhan kepada umat Islam di seluruh dunia. Menurut dia, kekuatan panggilan haji tersebut itu sangat besar.

Karena itu, jamaah haji menjawab panggilan Allah dengan ucapannya, labbaik-labbaik Allahumma labbaik, saya penuhi panggilanmu Ya Allah.

Lebih dari itu semua, bagi Kiai Ma’ruf, ibadah haji melahirkan candu. “Selalu ingin kembali ke Mekkah lagi,” pungkas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement