REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Neni Ridarineni
Menurut Kepala Bidang Bimbingan Ibadah Haji Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Ali Rokhmad, safari manasik haji ini sifatnya menjemput bola, yakni bagaimana supaya para jamaah haji dari Indonesia ini setelah pulang ada perubahan perilaku dari kesalehan pribadi menjadi kesalehan sosial.
Untuk itu tentu saja harus dimulai dari cara yang benar dalam melaksanakan ibadah haji. Dan itu, harus dimulai dari bimbingan manasik haji.
Manasik haji adalah tata cara atau latihan ibadah haji. Biasanya dilakukan rutin menjelang musim haji oleh sejumlah penyelenggara haji.
Manasik tidak saja dilakukan di masjid, rumah, atau sekolah, tetapi juga di rumah calon jama'ah haji sendiri. Bahkan seringkali dilaksanakan di tempat khusus yang ada replika atau tiruan Ka'bah.
Dalam surat keputusan Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah, manasik haji minimal dilaksanakan 15 kali.
Tujuannya agar para calhaj tidak kebingungan dalam melakukan berbagai prosesi ibadah haji di Tanah Suci.
Meski hal ini sudah dilakukan para calhaj di Tanah Air, kenyataannnya sesampainya di Tanah Suci, masih banyak calon jamaah haji yang kebingungan dalam hal pelaksanaan maupun tata cara yang berkaitan dengan ibadah haji.
Sehubungan dengan hal itu, Ali menyarankan kepada para calon haji yang akan berangkat menunaikan ibadah haji pada tahun depan agar belajar lebih lama lagi tentang manasik haji.
Ali juga menyarankan kepada calon haji untuk mengikuti pengajian yang berkaitan dengan manasik haji yang dilakukan oleh Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia.
‘’Karena bekal kemabruran jamaah haji itu tergantung manasik. Kalau ibadahnya diterima secara fiqih akan diterima Allah SWT,’’ jelasnya.
Kementerian Agama, kata Ali, ke depan akan mengundang penyuluh agama dan akan memberikan ilmu-ilmu tentang haji. Menurut dia, penyuluhan haji penting tetapi belum maksimal.