Senin 29 Sep 2014 02:41 WIB

Subhanallah, Lima Pemuda Pilihan Berangkat Haji (2)

Ibadah haji merupakan salah satu momen untuk memperluas semangat persaudaraan Islam.
Foto: Antara
Ibadah haji merupakan salah satu momen untuk memperluas semangat persaudaraan Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zaky Al Hamzah

Niat itu akhirnya diterbangkan dengan doa-doanya yang diucapkan setiap waktu. Hingga pada awal September ini, dia dipanggil mudir atau Kepala Madrasah tempat Krisdiyanto. Setelah pertemuan, sang mudir menunjuk Krisdiyanto untuk berangkat haji.

"Saya menganggap belum apa-apa, kok ditunjuk berhaji," katanya, merendah. Sang mudir berucap kalau Krisdiyanto mendapat visa haji undangan Raja Arab Saudi dan diminta menemui Ustaz H Masrur Syamhari.

Sosok kedua adalah Pramusinto. Sosoknya besar, tinggi dan berkulit hitam. Dia kelahiran Sleman, 16 Mei 1983. Masih muda. Meski muda, sejak tahun 2002 lalu dia merupakan pendamping sekaligus tim monitoring penyaluran sumbangan dana dari Jamarat Al Khairiyah dari Arab Saudi.

Yayasan sosial di Arab Saudi ini menyalurkan dana untuk pembangunan masjid-masjid di Indonesia. Hingga kini, jumlah masjid di Indonesia yang dibangun atas sumbangan donatur melalui Jamarat Al Khairiyah mencapai enam ribu unit.

"Sebanyak dua ribu unit dibangun di Yogyakarta," tutur Sinto, panggilan akrab Pramusinto. Sinto bersyukur bisa ikut mendampingi proses awal hingga akhir pembangunan dua ribu unit masjid di Yogyakarta.

Apa amalan Sinto hingga akhirnya bisa berhaji? Sinto rutin mengucapkan talbiyah sejak dari rumah hingga lokasi pembangunan masjid. Labaik Allahumma Labaaik, labaaik Laa Syarika Laka Labaaik Innal Hamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulka La Syarikalaka…..

Talbiyah tersebut diucapkan rutin. "Sampai kini. Alhamdulillah," katanya. Hingga kemudian, dia menerima undangan untuk berhaji. Sinto pun diminta menemui Ustaz H Masrur Syamhari. Karena belum memiliki paspor, Sinto baru mengurus paspor dan baru terbit pada 24 Juli 2014. Subhanallah.

Sosok ketiga adalah Muhammad Ramlisamaleba. Dia merupakan ustaz di Ponpes Darul Aitam di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ramlisamaleba menjadi ustaz di ponpes tersebut sejak 1996 atau saat dirinya masih tinggal di Timor Timur yang kini memisahkan diri dan menjadi Timor Leste.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement