Diasuh oleh: Ustaz HM Rizal Fadillah
Assalamualaikum wr wb.
Ustaz, apa sebenarnya makna dari ibadah tawaf itu ? Bagaimana caranya agar kita bisa khusyuk saat tawaf? Lalu, bagaimana pula jika kita lupa hitungan saat tawaf?
Wa’alaikumussalam wr wb.
Tawaf artinya mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh keliling yang diawali dari sudut Hajar Aswad dan berakhir di sudut itu kembali. Dimulai dengan mengecup Hajar Aswad atau beristilam dengan isyarat mengangkat tangan sambil mengucapkan kalimah “Bismillahi Wallahu Akbar” atau boleh “Allahu Akbar” saja.
Lalu, berkeliling tujuh putaran dengan berzikir dan berdoa. Doanya bebas, kecuali antara Rukun Yamani hingga sudut Hajar Aswad berdoa dengan doa yang disyariatkan, yaitu “Rabbana aatinaa fiid dunya hasanatan wafiil akhirati hasanatan waqinaa adzaaban naar”.
Pada tawaf qudum atau tawaf umrah disunahkan tiga putaran pertama untuk laki-laki berlari-lari kecil. Selesai tawaf, shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim. Makna dari ibadah tawaf, yakni kepatuhan kita dalam menyembah pemilik Baitullah.
Berkeliling mengitari sebagaimana Malaikat mengelilingi Arsy. Malaikat bertakbir, bertasbih, bertahlil, dan bertahmid mengagungkan Allah. Kita juga sama dalam mengucapkan kalimat-kalimat agung tersebut saat tawaf. Doa yang bebas dipanjatkan kehadirat Allah SWT sambil berjalan dikunci oleh doa “baku” antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad.
Artinya, kita boleh berdoa apa saja ketika berjalan melewati tiga perempat lingkaran sampai meminta pemenuhan urusan dunia semata. Walau begitu, kita diingatkan pada seperempat putaran akhir mulai dari Rukun Yamani hingga Hajar Aswad, kita “diharuskan” meminta kebahagiaan dunia dan akhirat serta dilindungi dari api neraka jahanam.
Untuk kebahagiaan dunia akhirat inilah, kita seharusnya berputar-putar di arena kehidupan dunia yang penuh dengan dinamika. Makna penting lain berputar mengelilingi Ka’bah, yaitu mengikatkan diri hanya ke satu titik, yakni keridhaan Allah. Ini merupakan gerakan membebaskan diri dari berbagai ikatan selain Allah yang biasa memperbudak.
Saat tawaf, semua perhatian, keinginan, serta kebutuhan tertuju hanya ke satu sentrum penentu “Rabb hadzal bait” Allah SWT. Yakni, gerakan untuk membebaskan diri dari perbudakan nilai-nilai yang sering merusak pikiran, jiwa, dan keyakinan.
Agar tawaf khusyuk, ikhtiarnya ialah pertama, meyakini tawaf merupakan ibadah “bernilai tinggi”, yakni ibadahnya para malaikat yang mengelilingi “Arsy, bukan ritual main-main. Kedua, mengerti akan zikir dan doa-doa yang dibacanya sehingga penjiwaannya mendalam.
Ketiga, meyakini bahwa Allah SWT melihat dan mendengar apa yang kita ucapkan dan kerjakan. Keempat, berprasangka baik bahwa Allah akan mengabulkan doa-doa yang kita mohonkan saat bertawaf.
Kelima, menjaga ketertiban tawaf dengan menghindari dari perbuatan yang dapat menyakiti jamaah lain yang juga sedang bertawaf. Keenam, buatlah keharuan bahwa betapa bersyukurnya kita telah bisa berada di tempat yang sangat mulia ini.
Hal itu merupakan karunia Allah yang tidak diberikan kepada setiap orang. Kita menjadi bagian dari hamba-hamba yang telah dipanggil dan dipilih-Nya. Nah, mengenai pertanyaan bagaimana jika lupa menghitung bilangan tawaf maka yang perlu dilakukan, yakni sikap ikhtiath atau kehati-hatian, yaitu dengan menetapkan bilangan terendah yang kita yakini.
Misalnya, putaran keempat atau kelima maka tetapkanlah keempat. Boleh juga kita bertanya baik kepada pasangan atau jamaah rombongan kita tentang sudah putaran ke berapa karena pertanyaan seperti ini insya Allah termasuk kebolehan bercakap-cakap yang dibenarkan Nabi.
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya Nabi SAW bersabda tawaf di sekitar Baitullah itu seperti shalat, hanya saja dibolehkan berkata-kata, barang siapa berkata-kata di dalamnya, janganlah berbicara, kecuali yang baik-baik” (HR At Turmudzi).