Kamis 02 Oct 2014 17:04 WIB

Bahagia Bisa Shalat Berjamaah di Masjidil Haram (2-Habis)

Jamaah saat berada di Kabah di Makkah, Arab Saudi
Foto: ap
Jamaah saat berada di Kabah di Makkah, Arab Saudi

Oleh: Zaky Al Hamzah, Makkah, Arab Saudi

 

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Saya akhirnya beralih ke pintu lain sambil melewati ribuan jamaah yang sedari tadi bersilah menanti waktu Shalat Isya. Hmm...detik detik menjelang Adzan Isya bakal berkumandang, dan saya pun belum bisa masuk ke dalam Masjidil Haram.

Saya sadar jutaan jutaan umat Islam terus berdatangan untuk melaksanakan shalat wajib maupun umrah di Masjidil Haram. Mereka berusaha ingin meraih keberkahan bisa shalat wajib berjamaah di dalam Masjidil Haram.

Saya juga sadar bukan prioritas masuk ke dalam masjid, dibandingkan mereka yang sudah beberapa jam berdiam diri sebelum waktu shalat. Mereka pasti sudah tiba di pelataran Masjidil Haram dengan harapan sama dengan saya. Pelataran Masjidil Haram, area dalam Masjidil Haram termasuk sekitar Ka'bah dan lokasi Sai, sudah dipadati jamaah haji sejak pekan pertama September 2014.

Tapi saya berusaha dan beralih di pintu Malik Abdul Aziz. Woww..saya melihat puluhan askar berjaga-jaga di pintu masuk ini. Mereka memasang barikade. Puluhan jamaah tak berhenti memohon agar diizinkan masuk masjid, namun askar tetap menolaknya.

Baru beberapa detik meninggalkan pintu ini, Adzan Shalat Isya berkumandang. Saya pun akhirnya memilih tempat untuk Shalat Isya berjamaah. Di tengah ratusan ribu jamaah sudah berjubel di pelataran Masjidil Haram, saya tetap bersyukur mendapat tempat shalat. Agak tersenyum kecut, saya melihat sekeliling. Sisi kanan saya adalah sekumpulan jamaah perempuan, meski shaf depan, sisi kiri dan shaf belakang saya adalah jamaah laki-laki dari berbagai negara.

Alhamdulillah, saya bahagia. Shalat Isya berjamaah ini adalah shalat berjamaah pertama saya di Masjidil Haram. Selepas shalat, saya akhirnya berkesempatan masuk ke dalam Masjidil Haram melalui jalur basement Perpustakaan Masjidil Haram. Setelah berdoa menghadap Ka'bah, saya kemudian shalat sunnah dan melantunkan doa-doa.

Selepas doa, saya mendokumentasikan Ka'bah dan sekitarnya. Saya bertemu Mochammad Nasr, jamah haji asal Mesir, yang juga berfoto. Kami sempat bergantian untuk difoto diri dengan latar belakang Ka'bah.

Dari sekian jamaah haji baik yang hendak shalat wajib sekaligus thawaf sunnah atau umrah wajib, jamaah haji asal Indonesia merupakan salah satu yang terlihat dominan di Masjidil Haram. Selain itu jamaah asal Turki, Pakistan, India dan Mesir. Mereka terlihat dari atribut yang dikenakan, kain ihram bertuliskan identitas dan bendera negara mereka.

Rombongan jamaah haji asal Turki termasuk yang menonjol. Mereka terlihat kompak membentuk barikade saat thawaf sambil dipandu satu pembimbing ibadah. Suara sang pembimbing untuk melafalkan doa-doa selama thawaf sangat keras sehingga bisa diucapkan kembali oleh jamaah. Salah satu bukti lain Kementerian Haji Arab Saudi mengapresiasi jamaah dari Indonesia dan negara-negara di atas adalah terdapatnya terjemahan Bahasa Indonesia di billboard utama Masjidil Haram, selain Bahasa Arab, Urdu, Turki, dan Inggris.

Setelah dirasa cukup, saya kembali ke pemondokan di daerah Syisyah sambil berjalan kaki sejauh tiga kilometer. Kembali saya melewati Terowongan Aziziah sejauh 1.500 meter. Tiba di hotel, jarum jam menunjukkan pukul 23.15 WAS. Malam itu, saya mendapatkan banyak pengalaman berharga. Salah satunya, bertekad shalat wajib berjamaah persis di bawah Ka'bah. Insya Allah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement