Senin 06 Oct 2014 13:55 WIB

Fakta tentang Multazam (1)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Sejumlah umat Islam berdoa di Multazam, Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Foto: ANTARA/Prasetyo Utomo/ca
Sejumlah umat Islam berdoa di Multazam, Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Multazam berada di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Panjang Multazam sekitar dua meter. Menurut sebagian ulama, para jamaah yang melakukan thawaf boleh berhenti di Multazam.

Syekh Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Doa yang diucapkan saat hujan turun, perang berkecamuk, adzan, iqamah, setelah shalat, sujud, berpuasa, bepergian, dan saat dianiaya lebih mudah terkabul. Semua ini berdasarkan kitab-kitab hadits shahih dan sunan.”

“Demikian pula, doa akan dikabulkan jika dipanjatkan di Masya’ir Muqaddas seperti Arafah, Muzdalifah, Mina, Multazam, dan tempat lain di kota Makkah. Selain itu, doa yang dipanjatkan di masjid mana pun juga diijabah seperti keutamaan berdoa di tiga masjid. Doa di tiga masjid itu lebih mudah dikabulkan.”

Syekh Islam Ibnu Taimiyah juga berkata, “Jika mau, sebaiknya jemaah mendatangi Multazam—yang terletak antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah—lalu menempelkan dada, wajah, kedua lengan, dan kedua telapak tangannya seraya berdoa dan meminta apa pun kepada Allah SWT.”

“Hal itu sebaiknya dilakukan sebelum melaksanakan thawaf Wada. Namun pada dasarnya, berdoa seperti itu di Multazam tidak harus dilakukan saat thawaf Wada atau thawaf lainnya, tetapi bisa dilakukan kapan saja. Menurut riwayat, para sahabat berdoa di Multazam ketika baru memasuki Makkah.”

Jamaah haji bisa berdoa seperti doa Rasulullah SAW yang diriwayatkan Ibnu Abbas, “Ya Allah ya Tuhanku, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu, dan anak umat perempuan-Mu. Engkau membawaku dengan kendaraan ciptaan-Mu yang dapat aku tumpangi. Engkau menuntunku di negeri-Mu sehingga aku mendapatkan kenikmatan dengan mengunjungi rumah-Mu.”

“Engkau pula yang membantuku melaksanakan kewajibanku (haji). Jika Engkau ridha kepadaku, tambahkanlah aku keridhaan-Mu. Jika tidak, ridhailah aku sebelum Engkau beranjak dari rumah-Mu. Inilah saat kepergianku, jika Engkau mengizinkan, tanpa mengganti-Mu (dengan tuhan lain) ataupun mengganti rumah-Mu (sebagai tempat ibadah). Aku juga tidak akan membenci-Mu ataupun rumah-Mu.”

“Ya Allah, berikanlah kesehatan untukku, kelestarian untuk agamaku, dan perbaikilah hatiku, karuniakan aku ketaatan kepada-Mu selagi Engkau masih memberiku kesempatan hidup, serta berikanlah aku kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Sungguh, Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”

Jika jamaah berdiri di pintu Ka’bah dan berdoa di sana tanpa memegangi Ka’bah, itu juga baik baginya. (Atlas Haji & Umrah karya Sami bin Abdullah Al-Maghlouth)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement