REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH – Sebagian jamaah haji reguler yang perempuan lebih banyak berbelanja daripada memikirkan makanan mereka sehari-hari selama di Makkah. Sehingga karena keterbatasan uang, makannya pun seadanya.
Sejak hari ketiga datang ke Makkah, sebagian ibu-ibu jamaah haji sudah membawa tentengan tas yang berisi oleh-oleh. Bahkan, di beberapa toko perhiasan di Makkah selalu terlihat jamaah haji perempuan dari Indonesia.
''Ibu-ibu itu kalau diajak ke Masjidil Haram malas-malasan, tetapi kalau diajak berbelanja langsung cepat berangkat,'' kata Konsultan Ibadah Haji Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) KH Mochtar Ilyas.
Karena terlalu semangatnya untuk berbelanja, uang saku pun menipis. Bahkan uang (cost living) sebesar 1.500 riyal per jamaah haji yang seharusnya untuk biaya makan selama tinggal di Makkah digunakan juga untuk berbelanja.
''Pada saat uang dibagikan, ibu-ibu menganggap uang tersebut banyak. Padahal, dari Rp 1.500 riyal sebanyak 550 riyal di antaranya untuk membayar dam dan sisanya sebesar 950 riyal untuk biaya makan selama sebulan di Makkah,'' kata Hasby jamaah haji dari embarkasi Pondok Gede Jakarta, Selasa (7/10).
Uang sebesar 950 riyal tersebut sangat minim kalau digunakan untuk biaya makan selama sebulan. Untuk sekali makan nasi, sayur dan lauk pauk irisan kecil serta sebotol aqua saja sudah habis sekitar 11 riyal. Belum lagi kalau ditambah buah yang harganya cukup mahal.
''Nasi satu piring saja sudah 4 riyal. Karena itu, untuk lebih menghemat biaya makan, saya bersama jamaah haji yang satu kamar (lima orang) memasak nasi sendiri,'' kata istri Hasby, Tanti.
Dia mengatakan, setiap dua hari sekali, dia bersama teman sekamarnya memasak nasi sendiri dengan menggunakan magic jar. “Setiap dua hari sekali hanya menghabiskan dua kilogram beras seharga 10 riyal dan itu untuk lima orang,” kata Tanti.
Namun, tak semua jamaah haji punya inisiatif seperti Tanti. Karena tingkat pendidikan dan latarbelakang jamaah haji berbeda-beda. Sehingga banyak jamaah haji yang karena uangnya sudah menipis, makannya seadanya saja.
Kadang mereka hanya makan sehari sekali atau makan hanya dengan nasi dan sayur atau lauk saja. Sehingga selama di Makkah makannya tidak bergizi. Karena itu banyak jamaah haji yang sakit ketika di Arafah atau di Mina.