Sabtu 25 Oct 2014 19:52 WIB

Pengajian Berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi (2)

Suasana pengajian berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Zaki Al Hamzah/ca
Suasana pengajian berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.

Oleh: Zaky Al Hamzah

Sutrisno, jamaah asal Palembang, yang dua hari berada di Madinah, juga mengaku senang mendengarkan ceramah berbahasa Indonesia tersebut. Pengajian ini juga diminati jamaah haji asal Malaysia, seperti Aman bin Abdul Latif.

Jamaah haji asal Kelantan, Malaysia, ini mengaku mendengarkan pengajian karena mudah dipahami. "Saya sudah berkeliling ke area-area pengajian, dan mayoritas berbahasa Arab atau Urdu," tutur jamaah berusia 41 tahun ini.

Persis di seberang Pintu 19, puluhan jamaah haji dari Afrika dan Timur Tengah mendengarkan ceramah yang disampaikan ustaz dengan Bahasa Inggris.

Agak ke depan dari majelis pengajian ini, duduk melingkar ratusan jamaah haji asal semenanjung Arab atau warga setempat (Madinah) yang khusyuk mendengarkan pemaparan seorang ustaz dengan Bahasa Arab.

Pemandangan majelis pengajian atau kuliah tentang Fiqih Islam tersebut merupakan hal rutin setiap ba'da shalat fardhu di beberapa sudut/area Masjid Nabawi. Umumnya, pengajian digelar ba'da Shalat Subuh, Shalat Ashar dan Maghrib.

Para pengisi pengajian adalah ustaz-ustaz yang ditunjuk pengurus Masjid Nabawi berdasarkan bahasa asal setiap jamaah termasuk Bahasa Indonesia. Selain Ustaz Abdullah Roy MA, mahasiswa S3 Jurusan Fiqih Universitas Islam Madinah, pengajian berbahasa Indonesia disampaikan Ustaz Firanda Andirja MA dan Ustaz Anas Burhanudin MA.

Sesuai jadwal, Ustaz Firanda Andirja menyampaikan pengajian pada ba'da Shalat Maghrib di Pintu 19. Sedangkan, Ustaz Anas memberikan pengajian berbahasa Indonesia di ba'da Subuh di Pintu 5 lurus atau 9 lurus (Kursi Syekh Abdul Muhsin al-Abbad). Namun, sesekali, ketiganya bergantian tempat saat memberikan tausiah, sehingga jamaah tidak merasa bosan.

Karjo, Kloter 46 Embarkasi Solo, atau warga Kabupaten banyumas (Jateng) mengaku mendapatkan banyak pemahaman terkait Fiqih Islam, khususnya miqat saat niat berhaji.

"Saya sudah mengikuti pengajian saat ba'da Maghrib, Subuh dan Ashar. Semua materi bagus-bagus, memberikan wawasan baru, meski sebagian sudah pernah saya baca dalam literatur-literatur," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement