Selasa 28 Oct 2014 21:12 WIB

Sensasi Berburu Oleh-Oleh di Pasar Balad

Pasar Balad
Foto: Dok. Republika
Pasar Balad

Oleh: Zaky Al Hamzah, Jeddah, Arab Saudi

 

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH --  Pasar Balad terdiri berbagai blok. Yang gemar blusukan atau dapat info lokasi toko dengan harga miring, bisa meluangkan waktu menyusuri pertokoan ke arah Bab Makkah, Bab Syarief dan Bab Ali, semacam blok pertokoan. Di wilayah ini, harga barang diklaim sejumlah jamaah dan pedagang jauh lebih murah dibandingkan toko-toko serupa di kompleks Pasar Balad di pinggir jalan raya tadi.

Meski relatif jauh dari tempat parkir di pelataran tadi, namun Anda tak akan merasakan capek, selama diniatkan berbelanja sambil menikmati toko-toko di sekitar Balad. Apalagi di sudut paling dalam di Bab Ali atau Bab Syarief, Anda akan mendapati gedung-gedung tua berlantai dua atau tiga khas bangunan tempo dulu.

Di ujung gang (ada dua lintasan gang kecil), berdiri dua meriam kuno yang menjadi tanda kawasan ini. Disampingnya ada bangunan mirip kantor. Kalau di Indonesia, bangunannya mirip bangunan Kantor Residen Belanda. Ya, sebagian besar bangunan itu adalah kondisi Kota Jeddah zaman dahulu, awal kota ini berdiri. Tentu menyenangkan berbelanja sambil menikmati gedung-gedung tua. Kini, Jeddah menjadi kota bisnis dan jasa paling pesat di Arab Saudi. Pada waktu-waktu tertentu, sejumlah ruas jalan di kota ini sangat padat dan macet.

Di belakang Pasar Balad terdapat Masjid Qisas, masjid yang biasa digunakan untuk menghukum mati orang-orang yang dianggap melanggar hukum berat di Arab Saudi. Balad dan Masjid Qisas merupakan lokasi city tour bagi jamaah haji yang menginap satu malam di hotel transit, menunggu kepulangan ke Indonesia melalui Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah atau rombongan jamaah yang sengaja diajak city tour oleh KBIH-nya dari pemondokan di Makkah.

Sekarang kita ke Taiba Arac Hotel di Madinah. Dinamakan Taiba Arac Hotel karena letaknya persis di depan gerbang utama Masjid Nabawi, atau di sebelah kiri gerbang utama Masjid Nabi tersebut. ‎Sekilas hotel ini biasa saja, tapi di basement Hotel Bintang IV ini terdapat pusat pertokoan layaknya Glodok atau ITC di Jakarta. Taiba ini menjadi salah satu rujukan berbelanja para jamaah haji dari beragam negara.

Bila bangunan di Balad terkesan tua, sebaliknya bila berkunjung ke Taiba. Bangunan toko-tokonya mirip dengan Glodok, Pasar Senen atau ITC di Jakarta dan kota-kota besar lain di Tanah Air. Banyak barang yang dijual di Taiba mirip dengan di Balad. Barang favorit adalah sajadah, surban, twabh, abaya, parfum, kopyah, perhiasan, batu mulia, serta suvenir. Di basement satu, banyak toko abaya yang memasang harga 'berani', 40 riyal, bertuliskan karton di depan tokonya.

Ini harga paling murah yang saya lihat baik di Taiba, pertokoan dekat Masjid Nabawi maupun di Pasar Balad. Di Pasar Balad, saya belum menemukan toko yang berani menjual abaya seharga 40 riyal, apalagi memasang karton/label harga di depan tokonya.

Khusus untuk pecinta batu, ada batu bening warna merah, kuning, hijau, biru, ‎batu madu, batu Sulaiman, batu phyrus, batu onix berwarna hitam gelap lainnya. Batu-batu tersebut dijual mulai lima riyal sampai ratusan riyal. Batu phyrus yang banyak diburu jamaah haji, bisa didapat hanya dengan harga 10 riyal per gram (sekitar Rp 32 ribu). Batu mata kucing bisa dibawa pulang seharga 30 riyal atau sekitar Rp 96 rupiah.

Namun untuk batu blue safir, jamaah perlu keberanian membeli seharga 100 riyal hingga 150 riyal per gram tergantung kualitas. Ada juga batu sejenis kecubung. Batu mata kucing berwarna kuning kehitaman dan bening dihargai 30 riyal (sekitar Rp 110 ribu-Rp 330 ribu). Harga batu lebih mahal jika sudah dipasang pada cincin yang artistik, apalagi cincin berbahan emas.

Harga emas di Arab Saudi paling murah sekitar 120 riyal per gram. Harga perhiasan emas paling mahal. Perhiasan dijual tidak hanya berdasarkan berat saja, namun juga berdasarkan nilai keindahan desainnya. Semakin bagus desainnya, semakin mahal harganya, meski beratnya tidak begitu tinggi. Sebuah gelang artistik dengan berat 24 gram dari emas 21 karat dijual 4.250 riyal (sekitar Rp 13 juta).

Untuk cincin emas, rata-rata dilepas 400-450 riyal per dua gram ukuran 22 karat berbahan emas Dubai (setara 24 karat emas Indonesia). Taufik, petugas PPIH Daker Jeddah, membeli cincin 22 karat emas Dubai seharga 420 riyal dari penawaran 450 riyal. "Buat membelikan ibu yang sedang sakit keras, biar senang," katanya, tanpa berpikir panjang dan berlama-lama memilih model cincin.

Selain toko-toko di Taiba Arac Hotel, jamaah haji bisa memperoleh surban, pashmina, sajadah atau suvenir di sejumlah pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya dari depan gerbang Masjid Nabawi hingga ruang terbuka yang berjarak 700 meter dari Masjid Nabawi. Meski barang yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan barang yang ada di toko-toko, harga yang ditawarkan para pegadang kaki lima ini sangat miring.

Untuk sebuah gelang anak, jika harga di toko tidak bisa kurang dari lima riyal, namun pedagang kaki lima bisa melepas 10 riyal untuk lima buah gelang. Trik menawar: berikan senyum terindah, sapa dengan sopan dan berikan sedikit 'drama', seperti trik di atas.

Membeli barang di area ini ada seninya, selain seni menawar, juga seni kucing-kucingan dengan petugas keamanan (askar) yang akan menertibkan pedagang kaki lima di waktu-waktu tertentu. Namun, askar tak menyita barang dagangan, hanya meminta meninggalkan lokasi. Di luar waktu-waktu tertentu tadi, pedagang leluasa berjualan. Seni lain berbelanja di lokasi ini, pedagang bisa memberi makanan ribuan burung merpati.

Seakan ingin merasakan semua sensasinya, saya menikmati semua aktivitas di tempat ini. Menawar, bercengkerama dengan pedagang, ikut lari-lari saat tempat dagangan diusir askar, berbagi makanan burung hingga merekam semua sudut dan alam sekitar dalam kamera. Indahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement