Kamis 30 Oct 2014 18:55 WIB

Sejarah Masjid Jin (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Jamaah haji keluar dari Masjid Jin seusai menunaikan shalat Zhuhur berjamaah.
Foto: Republika/Heri Ruslan/ca
Jamaah haji keluar dari Masjid Jin seusai menunaikan shalat Zhuhur berjamaah.

REPUBLIKA.CO.ID, Sesampai di tempat kaumnya, syetan-syetan (jin-jin kafir) tersebut ditanya oleh kaumnya, “Apa yang menyebabkan kalian terhalang mendapat berita langit?”

Mereka menjawab, “Kami terhalang mendapatkan berita langit, bahkan kami dikejar oleh bintang-bintang.”

Kaum syetan menjawab, “Tidak mungkin ada halangan antara kita dengan berita langit. Pasti ini ada sebabnya!”

Pimpinan mereka memerintahkan, “Menyebarlah kalian ke barat dan ke timur. Carilah penghalang tersebut!”

Lalu syetan-syetan (jin-jin) tersebut menyebar ke seluruh pelosok jagad mencari penyebab terhalangnya berita langit tersebut. Sebagian di antara mereka sampai ke daerah Tihamah tempat Rasulullah SAW dan para sahabat berhenti. Ketika itu Rasulullah SAW tengah melakukan shalat Subuh.

Para jin tersebut mendengar dan memerhatikan dengan seksama bacaan Rasulullah SAW. Kemudian mereka berkata, “Demi Allah, pasti inilah yang menyebabkan kita terhalang dari berita langit.”

Mereka sangat kagum terhadap ayat-ayat Alquran yang mereka dengar. Mereka mengimaninya. Mereka lalu pulang ke kaumnya dan menyampaikan kejadian yang mereka alami. Kaum mereka pun menerima dan mengimani ajaran yang dibawa tersebut.

Peristiwa ini pula yang melatarbelakangi turunnya Alquran surah al-Jin ayat 1. Ayat ini menginfomasikan kepada Nabi Muhammad SAW tentang peristiwa alam gaib yang terjadi di sekeliling Rasulullah SAW dan para sahabat ketika itu. Rasulullah SAW kemudian menyampaikan pemberitahuan Allah SWT tersebut kepada para sahabat dan umat Islam.

Dalam surah Al-Jin, Allah SWT memberikan informasi, “Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Alquran), lalu mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman ke padanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami, dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak.”

Kata jin secara kebahasaan mengandung makna ketertutupan atau ketersembunyian. Para pakar memberikan bermacam-macam definisi tentang jin. Muhammad Farid Wajdi menyatakan jin adalah makhluk yang terbuat dari hawa atau api, berakal, tersembunyi, dapat membentuk diri dengan berbagai bentuk, dan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan berat.

Sayyid Sabiq mendefinisikan jin dengan sejenis ruh yang berakal, berkehendak, mukallaf (dibebani tugas-tugas oleh Allah) sebagaimana manusia, tetapi mereka tidak berbentuk materi sebagaimana bentuk materi yang dimiliki manusia, yakni luput dari jangkauan indra atau tidak dapat terlihat sebagaimana keadaannya yang sebenarnya atau bentuknya yang sesungguhnya dan mereka mempunyai kemampuan untuk tampil dalam berbagai bentuk.

sumber : Ensiklopedi Haji dan Umrah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement