Sabtu 01 Nov 2014 16:00 WIB

Asal Usul Nama Padang Arafah (4-habis)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah.
Foto: Antara/Zarqoni Maksum/ca
Jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah.

REPUBLIKA.CO.ID, Pada Hari Arafah banyak doa dipanjatkan. Setiap orang menengadahkan wajah ke langit dan mengangkat kedua tangannya ke atas dengan penuh khusyuk dan ikhlas.

Mereka tidak perduli dengan udara hari itu sedang membakar dengan teriknya, atau sedang membekukan dinginnya. Semua berdiri khusyuk. Semua pasrah menyerah dan merendah kepada Allah Rabbul Alamin.

Di Padang Arafah, Allah SWT menurunkan rahmat-Nya kepada jamaah Arafah. Allah juga melimpahkan maghfirah-Nya kepada mereka yang dengan ikhlas dan sesuai dengan bimbingan rasul-Nya memohon ampunan.

Kalau anda sudah bertekad wukuf di Arafah untuk itu semua dan selama Allah sudah berkenan melimpahkan berbagai maghfirah dan rahmat-Nya, maka selayaknyalah sepulang dari Arafah anda tidak berkata-kata dan berbuat sesuatu yang bisa mendatangkan murka Allah.

Manfaatkanlah kesempatan menunaikan ibadah haji karena ia berdaya guna untuk membersihkan diri dari dosa-dosa, janganlah anda tergelincir oleh bisikan setan sedikit pun. Rahmat-Nya sudah memenangkan anda atas tipu daya setan. Meskipun adakalanya ia berhasil menggelincirkan anda, yakni pada saat anda lemah.

Sadarilah selalu bahwa setan tidak akan membiarkan anda sekejap pun. Setiap kali iman anda meningkat, maka setiap itu pula kegiatan setan menggoda dan menjerumuskan semakin meningkat. Mereka terus berusaha supaya anda terpedaya dan melakukan maksiat kepada Allah.

Anak-cucu iblis terdiri dari setan-setan dari bangsa jin dan manusia. Mereka menggelincirkan orang dengan berbagai dosa yang lebih rendah dari keimanan. Mereka membisiki manusia agar melakukan dosa-dosa lain dengan janji kenikmatan dan kejayaan yang hampa, misalnya dalam berbuat zina, korupsi, minuman keras, judi, makan riba, dan sebagainya.

Itulah tugas tetap anak-cucu iblis setiap hari. Sedangkan iblis sendiri menggerogoti keimanan kaum mukmin pada puncak akidahnya kepada Allah SWT. Ia berusaha menimbulkan keraguan anda pada keberadaan Allah, pada wahdaniyah dan kemahakuasaan-Nya, kepada kebenaran Alquranul Karim, dan pada kebenaran risalah yang dibawa Muhammad SAW.

Ia senantiasa menimbulkan waswas dan ragu-ragu dalam hati dan pikiran manusia, sampai manusia merasa ragu-ragu menyandang imannya dan rela tidak beriman. Bahkan, tidak keberatan menjadi kafir. Naudzu billah min dzalik!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement